Perkemabangan Religiositas Pada Usia Anak
PENDAHULUAN
Para ahli
Psikologi dari mazhab psikoanalisis, behavioristis dan humanis sepakat bahwa masa kanak-kanak sangatlah penting dan
membawa pengaruh yang terbawa arus
dalam struktur kepribadian manusia. Kemampuan belajar anak yang tinggi penting bagi agama. Terutama selama masa
kanak-kanak awal, anak menerima dunia dimana mereka
dilahirkan, seperti karet busa dilemparkan dalam air, dengan sukanya menyerap lingkungan yang ada disekitarnya.
Keadaan anak yang mudah menyerap itu melahirkan pandangan bahwa arah hidup dengan kuat
ditanamkan selama tahun-tahun awal. Watak dan
kepribadian manusia masih dapat diubah sesudah tahun pertama, ketiga, ketujuh atau tahun-tahun yang dianggap magis
lain. Dalam hal ini maka orangtua mempunyai otoritas yang kuat untuk membentuk religiositas anak.
B.
TEORI PERKEMBANGAN RELIGIOSITAS ANAK
Religiositas berkembang semenjak usia dini
melalui proses perpaduan antara potensi bawaan keagamaan dengan pengaruh yang
datang dari luar diri manusia[1]. Dalam
proses perkembangan tersebut akan terbentuk macam, sifat, serta kualitas
religiositas yang akan terekspresikan pada perilaku sehari-hari. Proses
perkembangan religiositas melewati tiga fase utama, yakni fase anak, remaja,
dan dewasa.
a)
Karakteristik
perkembangan usia anak
Rumusan Clark tentang delapan karakteristik religiositas pada
anak :
1.
Ideas accepted on authority
: Semua pengetahuan yang dimiliki anak semua datang dari luar dirinya terutama
dari orangtuanya.
2.
Unreflective : Anak
menerima konsep keagamaan berdasarkan otoritas, maka jarang terdapat anak yang
melakukan perenungan(refleksi) terhadap konsep keagamaan yang diterima.
3.
Egocentric : Mulai usia
sekitar satu tahun pada anak berkembang kesadaran tentang keberadaan dirinya.
4.
Antropomorphic : Sifat anak
yang mengkaitkan keadaan sesuatu yang abstrak dengan manusia.
5.
Verbalized and ritualistic
: Perilaku keagamaan pada anak, baik yang menyangkut ibadah maupun moral, baru
bersifat lahiriyah, verbal dan ritual.
6.
Imitative : Sifat dasar
anak dalam melakukan perilaku sehari-hari adalah menirukan apa yang terserap
dari lingkungannya.
7. Spontaneous in some
respects : Berbeda dengan sifat imitatif anak dalam melakukan perilaku
keagamaan, kadang-kadang muncul perhatian secara spontan terhadap masalah
keagamaan yang bersifat abstrak.
8. Wondering : Ini bukan
ketakjuban yang mendorong munculnya pemikiran kreatif dalam arti intelektual,
tetapi sejenis takjub yang menimbulkan rasa gembira dan heran terhadap dunia
baru yang terbuka di depannya.
b)
Proses Perkembangan
Religiositas Anak
Religiositas anak adalah hasil dari suatu proses perkembangan
yang berkesinambungan dari lahir sampai menjelang usia remaja. Dalam proses
tersebut faktor internal dan eksternal berperan.
Faktor
yang berpengaruh dalam proses perkembangan religiositas anak yaitu :