A.
Kata Pengantar
Akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam
dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan
baik, disebut akhlak mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhalak yang tercela
sesuai dengan pembinaannya. Jadi akhlak pada
hakikatnya khulk (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang
telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah
berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan
tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik
dan terpuji menurut pandangan syari’at dan akal pikiran, maka ia dinamakan budi
pekerti mulia dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk, maka
disebutlah budi pekerti yang tercela.[1]
Mengejar nilai materi saja, tidak bisa dijadikan
sarana untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki. Bahkan hanya menimbulkan bencana
yang hebat, karena orientasi hidup manusia semakin tidak memperdulikan
kepentingan orang lain, asalkan materi yang dikejar-kejarnya dapat dikuasainya,
akhirnya timbul persaingan hidup yang tidak sehat. Sementara manusia tidak
memerlukan lagi agama untuk mengendalikan segala perbuatannya, karena dianggapnya
tidak dapat digunakan untuk memecahkan persoalan hidupnya.[2]
Disamping akhlak kepada Allah Swt, sebagai muslim kita juga harus berakhlak
kepada Rasulullah Saw, meskipun beliau sudah wafat dan kita tidak berjumpa
dengannya, namun keimanan kita kepadanya
membuat kita harus berakhlak baik kepadanya, sebagaimana keimanan kita kepada Allah Swt membuat kita harus berakhlak baik kepada-Nya. Meskipun demikian, akhlak baik kepada Rasul pada masa sekarang tidak bisa kita wujudkan dalam bentuk lahiriyah atau jasmaniyah secara langsung sebagaimana para sahabat telah melakukannya.
membuat kita harus berakhlak baik kepadanya, sebagaimana keimanan kita kepada Allah Swt membuat kita harus berakhlak baik kepada-Nya. Meskipun demikian, akhlak baik kepada Rasul pada masa sekarang tidak bisa kita wujudkan dalam bentuk lahiriyah atau jasmaniyah secara langsung sebagaimana para sahabat telah melakukannya.
Pada dasarnya, utusan Tuhan (rasulullah) adalah manusia biasa yang tidak
berbeda dengan manusia lain. Namun demikian, terkait dengan status “rasul” yang
disandangkan Tuhan ke atas dirinya, terdapat ketentuan khusus dalam bersikap
terhadap utusan yang tidak bisa disamakan dengan sikap kita terhadap orang lain
pada umumnya.
B.
PENGERTIAN AKHLAK
Sebelum
melangkah lebih jauh membahas masalah materi Ilmu Akhlak, seyogyanya perlu
dimengerti terlebih dahulu tentang definisi Ilmu Akhlak itu. Untuk itu pembicaraan
mengenai definisi akhlak, akan ditelusuri melalui dua pendekatan, yaitu
pendekatan dari aspek bahasa (etimologi) dan dari sudut istilah Islam
(terminologi).
1.
Definisi Akhlak Secara
Etimologi
`Menurut pendekatan etimologi, perkataan “akhlak” berasal dari bahasa Arab
jama’ dari bentuk mufradnya “Khuluqun” (خلق)
yang menurut logat diartikan : budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat.
Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “khalkun” (خلق) yang berarti kejadian, serta erat
hubungannya dengan “khaliq” (خالق) yang berarti
Pencipta dan “Makhluk” (مخلوق ) yang berarti
diciptakan.
Perkataan akhlak (bahasa Arab) adalah
bentuk jamak dari kata khulk. Khulk di dalam kamus Al-Munjid berarti budi
pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat. Di dalam Da ’iratul Ma’arif
dikatakan: “Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik”. Bahwa akhlak ialah
sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan
selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak
mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhalak yang tercela sesuai dengan
pembinaannya.
Jadi akhlak pada hakikatnya khulk (budi
pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam
jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam
perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan
pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji
menurut pandangan syari’at dan akal pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti
mulia dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebutlah
budi pekerti yang tercela.[3]
2.
Definisi “Akhlak”
Aspek Terminologi:
Berikut ini akan dibahas definisi “akhlak” menurut aspek terminologi.
Beberapa pakar mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:
a)
Ibn Miskawih
“Keadaan jiwa
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui
pertimbangan pikiran (lebih dulu).
b)
Versi Imam Al-Ghazali
Akhlak ialah suatu
sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan
dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dulu).
c)
Prof. Dr. Ahmad Amin
“Sementara orang
mengetahui bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya,
kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlaak”.
Menurut Ahmad Amin,
kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang,
sedang kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah
melakukannya. Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan
yang lebih besar. Kekuatan yang besar inilah yang bernama akhlak.
Akhlak dermawan
umpamanya, semula timbul dari keinginan berderma atau tidak. Dari kebimbangan
ini tentu pada akhirnya timbul, umpamanya, ketentuan memberi derma. Ketentuan
ini adalah kehendak, dan kehendak ini bila dibiasakan akan menjadi akhlak,
yaitu akhlak dermawan.[4]
C.
MENGAPA KITA HARUS MENCONTOH AKHLAK RASULULLAH
Berakhlak kepada Rasulullah dapat
diartikan suatu sikap yang harus dilakukan manusia kepada Rasulullah sebagai
rasa terima kasih atas perjuangannya membawa umat manusia kejalan yang benar.
Berakhlak kepada
Rasulullah perlu dilakukan atas dasar pemikiran sebagai berikut:
1.
Rasulullah SAW sangat
besar jasanya dalam menyelamatkan kehidupan manusia dari kehancuran. Berkenaan
dengan tugas ini, beliau telah mengalami penderetin lahir batin, namun semua
itu diterima dengan ridha.
2.
Rasulullah SAW sangat
berjasa dalam membina akhlak yang mulia. Pembinaan ini dilakukan dengan
memberikan contoh tauladan yang baik. Allah berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ
فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ ﴿الاحزاب٢١ ﴾
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik. (al-Ahzab 21)
3.
Rasulullah SAW berjasa
dalam mejelaskan al-Qur’an kepada manusia, sehingga menjadi jelas dan mudah
dilaksanakan. Penjelasan itu terdapat dalam haditsnya, Firman Allah SWT:
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولاً مِّنْهُمْ يَتْلُو
عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ
وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ ﴿ألجمعة ٢﴾
Artinya: Dialah yang mengutus kepada kamu yang
buta huruf seorang Rasul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada
mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah. Dan
sesungguhnya, mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS
al-Jumu’ah, 62; 2).
4.
Rasulullah SAW telah
mewariskan hadits yang penuh dengan ajaran yang sangat mulia dalam berbagai
bidang kehidupan.
5.
Rasulullah SAW telah
memberikan contoh modek masyarakat yang sesuai dengan tuntunan agama, yaitu
masyarakat yang beliau bangun di Madinah.
D.
BAGAIMANA CARA KITA BERAKHLAK KEPADA ROSUL
Adapun diantara akhlak kita kepada rasulullah yaitu salah satunya ridho dan
beriman kepada rasul , ridho dalam beriman kepada rasul inilah sesuatu yang
harus kita nyatakan sebagaimana hadist nabi sawl: “Aku ridho kepada allah
sebagai tuhan, islam sebagai agama dan muhammad sebagai nabi dan rasul.” Beriman
kepada nabi dan rasul, yaitu berarti bahwa kita beriman kepada para Rasul itu
sebagai utusan Tuhan kepada ummat manusia. Kita mengakui kerasulannya dan
menerima segala ajaran yang disampaikannya.
Banyak cara yang dilakukan dalam berkhlak kepada Rasulullah SAW.
Diantaranya adalah sebagai berikut:
1)
Mengikuti dan mentaati
Rasulullah SAW
Mengikuti dan mentaati Rasul merupakan sesuatu yang
bersifat mutlak bagi orang-orang yang beriman. Karena itu, hal ini menjadi
salah satu bagian penting dari akhlak kepada Rasul, bahkan Allah SWT akan
menempatkan orang yang mentaati Allah dan Rasul ke dalam derajat yang tinggi
dan mulia, hal ini terdapat dalam firman Allah:
وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَالرَّسُولَ فَأُوْلَـئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ
اللّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاء
وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَـئِكَ رَفِيقاً ﴿ألنسا ٦٩﴾
Artinya: Dan barangsiapa yang mentaati Allah
dan Rasul, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi
nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, orang-orang yang benar, orang-orang yang
mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya
(QS 4:69).
Disamping itu, manakala kita telah mengikuti dan
mentaati Rasul SAW Allah SWT akan mencintai kita yang membuat kita begitu mudah
mendapatkan ampunan dari Allah manakala kita melakukan kesalahan, Allah
berfirman:
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي
يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
﴿الإمران٣١ ﴾
Artinya: Katakanlah: “jika kamu (benar-benar)
mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kamu dan mengampuni
dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS 3:31)
Oleh karena itu, dengan izin Allah Swt, Rasulullah SAW
diutus memang untuk ditaati, Allah SWT berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلاَّ لِيُطَاعَ بِإِذْنِ
اللّهِ ﴿ألنسا ٦٤﴾
Artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang
rasul, melainkan untuk ditaati dengan izin Allah (QS 4:64).
Manakala manusia telah menunjukkan akhlaknya yang
mulia kepada Rasul dengan mentaatinya, maka ketaatan itu berarti telah disamakan
dengan ketaatan kepada Allah Swt. Dengan demikian, ketaatan kepada Allah dan
Rasul-Nya menjadi seperti dua sisi mata uang yang tidak boleh dan tidak bisa
dipisah-pisahkan. Allah berfirman:
مَّنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللّهَ وَمَن
تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظاً ﴿ألنّسا ٨٠﴾
Artinya: Barangsiapa mentaati rasul,
sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari
ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka (QS
4:80).
Tunduk dan patuh kepada ajaran yang disampaikan Rasul.
Allah berfirman:
قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ
﴿ألنّور ٥٤﴾
Artinya: Katakanlah: "Ta`atlah kepada
Allah dan ta`atlah kepada rasul. (QS an-Nur 54).
2)
Mencintai dan
memuliakan Rasulullah
Keharusan yang harus kita tunjukkan dalam akhlak yang
baik kepada Rasul adalah mencintai beliau setelah kecintaan kita kepada Allah
Swt. Penegasan bahwa urutan kecintaan kepada Rasul setelah kecintaan kepada
Allah disebutkan dalam firman Allah
قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ
وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا
وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ
فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ وَاللّهُ لاَ
يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ ﴿٢٤﴾
Artinya: Katakanlah, jika bapak-bapak,
anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, keluarga, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat
tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya
dasn (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik (QS
9:24).
Mencintai ajaran yang di bawanya, Nabi Muhammad SAW,
bersabda:
لايؤمن أحدكم حتّى اكون أحبّ اليه من نفسه ووالِده
وولَده والنّاس أجمعين.
Artinya: Tidak beriman salah seorang
diantaramu, sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada dirinya sendiri, orang
tuanya, anaknya dan manusia semuanya. (H.R. Bukhari Muslim).
3)
Mengucapkan sholawat
dan salam kepada Rasulullah
Mengucapkan sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad
SAW, sebagai tanda ucapan terimakasih dan sukses dalam
perjuangannya. Secara harfiyah, shalawat berasal dari kata ash shalah yang
berarti do’a, istighfar dan rahmah. Kalau Allah bershalawat kepada Nabi, itu
berarti Allah memberi ampunan dan rahmat kepada Nabi, Firman Allah SWT,
Rasulullah SAW dalam sabdanya menyatakan sebagai
berikut:
البخيل من ذكرت عنده
فلم يصلّ علىّ
Artinya: Orang yang kikir ialah orang yang
menyebut namaku didekatnya, tetapinia tidak bersholawat kepadaku. (H.R
Ahmad ).
من صلّى علىّ صلاة صلّى
الله عليه بها عشرا
Artinya: Siapa yang bersholawat kepadaku satu
kali, Allah akan bersholawat kepadanya sepuluh kali sholawat. (H.R
Ahmad).
إنّ اولى النّاس بى يوم
القيامة اكثرهم عليّ صلاة
Artinya: Sesungguhnya orang yang paling dekat
denganku pada hari kiamat, ialah orang yang paling banyak bersholawat
kepadaku. (H.R Turmudzi).
4)
Mencontoh akhlak
Rasulullah.
Jika Rasulullah
bersikap kasih saying keras dalam memperthankan prinsip, dan seterusnya maka
manusia juga harus demikian. Allah berfirman:
مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ
رُحَمَاء بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعاً سُجَّداً يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ
اللَّهِ وَرِضْوَاناً ﴿الفتح ٢٩ ﴾
Artinya: Muhammad itu adalah utusan Allah dan
orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir,
tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari
karunia Allah dan keridhaan-Nya.(QS al-Fath 29).
5)
Melanjutkan Misi
Rasulullah.
Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan menegakkan
nilai-nilai Islam. Tugas yang mulia ini harus dilanjutkan oleh kaum muslimin,
karena Rasul telah wafat dan Allah tidak akan mengutus lagi seorang Rasul.
Meskipun demikian, menyampaikan nilai-nilai harus dengan kehati-hatian agar
kita tidak menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada dari Rasulullah Saw.
Keharusan kita melanjutkan misi Rasul ini ditegaskan oleh Rasul Saw:
Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan
berceritalah tentang Bani Israil tidak ada larangan. Barangsiapa berdusta atas
(nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di
neraka (HR. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi dari Ibnu Umar).
Demikian beberapa hal yang harus kita tunjukkan agar
kita termasuk orang yang memiliki akhlak yang baik kepada Nabi Muhammad Saw.
6)
Menghormati Pewaris
Rasul
Berupaya menjaga nama baiknya dari penghinaan dan
cemoohan yang orang-orang yang tidak suka padanya.[5] Berakhlak baik kepada
Rasul Saw juga berarti harus menghormati para pewarisnya, yakni para ulama yang
konsisten dalam berpegang teguh kepada nilai-nilai Islam, yakni yang takut
kepada Allah Swt dengan sebab ilmu yang dimilikinya.
إِنَّمَا يَخْشَى
اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ ﴿٢٨﴾
Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara
hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun (QS 35:28).
Kedudukan ulama sebagai pewaris Nabi dinyatakan oleh
Rasulullah Saw:
Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi.
Sesungguhnya Nabi tidak tidak mewariskan uang dinar atau dirham, sesungguhnya
Nabi hanya mewariskan ilmui kepada mereka, maka barangsiapa yang telah
mendapatkannya berarti telah mengambil mbagian yang besar (HR. Abu Daud dan
Tirmidzi).
Karena ulama disebut pewaris Nabi, maka orang yang
disebut ulama seharusnya tidak hanya memahami tentang seluk beluk agama Islam,
tapi juga memiliki sikap dan kepribadian sebagaimana yang telah dicontohkan
oleh Nabi dan ulama seperti inilah yang harus kita hormati. Adapun orang yang
dianggap ulama karena pengetahuan agamanya yang luas, tapi tidak mencerminkan
pribadi Nabi, maka orang seperti itu bukanlah ulama yang berarti tidak ada
kewajiban kita untuk menghormatinya.
7)
Menghidupkan Sunnah
Rasul
Kepada umatnya, Rasulullah Saw tidak mewariskan harta
yang banyak, tapi yang beliau wariskan adalah Al-Qur’an dan sunnah, karena itu
kaum muslimin yang berakhlak baik kepadanya akan selalu berpegang teguh kepada
Al-Qur’an dan sunnah (hadits) agar tidak sesat, beliau bersabda:
Aku tinggalkan kepadamu dua pusaka, kamu tidak akan
tersesat selamanya bila berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan
sunnahku (HR. Hakim).
Selain itu, Rasul Saw juga mengingatkan umatnya agar
waspada terhadap bid’ah dengan segala bahayanya, beliau bersabda:
Sesungguhnya, siapa yang hidup sesudahku, akan terjadi
banyak pertentangan. Oleh karena itu,. Kamu semua agar berpegang teguh kepada
sunnahku dan sunnah para penggantiku. Berpegang teguhlah kepada
petunjuk-petunjuk tersebut dan waspadalah kamu kepada sesuatu yang baru, karena
setiap yang baru itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat, dan setiap kesesatan
itu di neraka (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Hakim, Baihaki dan Tirmidzi).
Dengan demikian, menghidupkan sunnah Rasul menjadi
sesuatu yang amat penting sehingga begitu ditekankan oleh Rasulullah Saw.
E.
KESIMPULAN
Akhlak adalah budi
perkerti yang dilihat dengan kasyaf mata, orang yang berakhlak mulia akan
selalu manis dilihat orang-orang di sekitar. Rasulullah adalah Uswatun Hasanah bagi
kita semua umat Islam, dari beliau kita mendapat anugerah yang begitu besar.
Bukan hanya Rasulullah Saw, tetapi Rasul-Rasul yang diutus Allah pun selain
Nabi Muhammad Saw juga mempunyai akhlak yang begitu mulia pula. Akhlak terhadap
Rasulullah sendiri menjadi acuan yang sangat penting bagi kehidupan kita,
karena akhlak beliau yang begitu sempurna kita juga harus memperlakukan beliau
dengan begitu sempurna juga, dilihat dari cerita pada zaman sahabat-sahabat
beliau yang begitu mengagungkan beliau dan begitu hormatnya.
Adapun diantara akhlak
kita kepada rasulullah yaitu salah satunya ridho dan beriman kepada rasul ,
ridho dalam beriman kepada rasul inilah sesuatu yang harus kita nyatakan
sebagaimana hadist nabi saw; “Aku ridho kepada allah sebagai tuhan, islam sebagai
agama dan muhammad sebagai nabi dan rasul”.
Beriman kepada nabi
dan rasul, yaitu berarti bahwa kita beriman kepada para Rasul itu sebagai
utusan Tuhan kepada ummat manusia. Kita mengakui kerasulannya dan menerima
segala ajaran yang disampaikannya. Banyak cara yang dilakukan dalam
berkhlak kepada Rasulullah SAW. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Mengikuti dan mentaati Rasulullah SAW
2. Mencintai dan memuliakan Rasulullah
3. Mengucapkan sholawat dan salam kepada Rasulullah
4. Mencontoh akhlak Rasulullah.
5. Melanjutkan Misi Rasulullah.
6. Menghormati Pewaris Rasul
Daftar
pustaka
m. shaleh
uttaimin.1986. akhlak dan kepribadian muslim.
Abu bakar
jabir el jazair.1990. pola hidup muslim aqidah. Rro. Bandung
Amru
kholid. 2005. Menjadi mukmin yang berakhlak. Qisthi press. Jakarta.
Abu bakar
jabir el jazair.1990. pola hidup muslim (minhajul muslim) etika. Rro. Bandung
[4] Drs. Zahruddin AR,
Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, RajaGrafindo,
Jakarta, 2004, Hlm. 1-5