Pemberdayaan Pendidikan
Agama Islam (PAI) Di Sekolah-Sekolah Umum
Oleh sukiman
A. Pendahuluan
Belakangan ini muncul gagasan yang menginginkan bahwa pendidikan
agama di sekolah-sekolah umum diganti dengan pendidikan budi pekerti. Bahkan
ada yang lebih ekstrim lagi bahwa pendidikan agama dihapus saja. Munculnya
gagasan tersebut kalau ditelusuri tentu banyak hal yang melatar belakanginya,
salah satu alasan yang muncul ke publik
adalah karena pendidikan agama dianggap kurang berhasil dalam menjalankan misi
dan fungsinya sebagaimana yang telah diniatkan semula. Sejak awal mula
dijadikannya sebagai mata pelajaran disekolah-sekolah umum, pendidikan agama
(islam) dimaksudkan sebagai upaya untuk menghantarkan anak didik menjadi
manusia yang beriman, bertakwa dan berudi pekerti yang luhur. Namun pada
kenyataanya pendidikan agama (islam) belum mampu menghantarkan anak didik
menjadi manusia seperti yang diharapkan, yakni beriman, bertakwa dan berbudi
pekerti yang luhur. Indikator kekurang berhasilannya tersebut antara lain anak
didik masih banyak yang belum memiliki iman yang benar, apalagi sampai pada
tingkatan takwa. Hal yang lebih memprihatinkan adalah justru banyak diantara
anak didik yang terjerumus dalam perilaku-perilaku yang tidak berbudi/bermoral,
seperti tawuran antar pelajar, pecandu narkoba, kebut-kebutan di jalan raya,
perkosaan dan sebagainya.
Pembentukan kepriadian anak secara menyeluruh, sebenarna bukan
hanya tugas pendidikan agama (islam), tetapi tugas bagi semua mata
pelajaran-pelajaran yang diberikan di sekolahan tersebut, namun demikian
terkait dengan pendidikan moral, dapat dikatakan bahwa pendidikan agama (islam)
merupakan “core” dari
semua mata pelajaran lainnya. Oleh karena itu wajar apabila kegagalan pem bentukan moralitas anak yang pertamakali disalahkan adalah mata pelajaran pendidikan agama (islam).
semua mata pelajaran lainnya. Oleh karena itu wajar apabila kegagalan pem bentukan moralitas anak yang pertamakali disalahkan adalah mata pelajaran pendidikan agama (islam).
Menanggapi munculnya gagasan penghapusan atau penggantian mata
pelajaran agama dengan pendidikan budi pekerti seperti diatas kita tidak bisa
langsung berfikir apriori. Munculnya gagasan tersebut dapat kita ambil sisi
positifnya yaitu kita jadikan sebagai bahan evaluasi dan koreksi terhadap
pelaksanaan pendidikan agama (islam). Apakah pendidikan agama (islam) betul
kurang berhasil membawa hasil yang diharapkan? Jika memang betul, apa
sebenarnya yang salah di dalam pelaksanaannya, persoalan-persoalan apa yang
muncul sehingga pendidikan agama (islam) kurang berhasil, dimana leak
keurangannya dan bagaimana upaya untuk mengatasinya.
B. Persoalan PAI di sekolah umum dan solusinya
Persoalan yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan agama islam di
sekolah umum adalah bahwa pendidikan agama kurang mampu menghantarkan peserta
didik untuk menjadi insan yang beriman,
bertakwa dan berbudi pekerti yang luhur, selama ini pendidikan agama islam hanya berhasil
menghantarkan anak didik pada tingkat penguasaan ilmu agama saja (ranah
kogitif) dan belum banyak menyentuh aspek sikap dan perilaku beragama.
Persoalan PAI tersebut apabila ditelusuri lebih lanjut dilatar belakangi oleh
dua faktor, yakni faktor eksternal dan faktor internal. Kedua faktor tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)
Faktor eksternal, yakni faktor yang
berada di luar sekolah, diantaranya:
a) Sikap orang tua dibeberapa lingkungan sekolah yang kurang mendukung keberhasilan pendidikan agama bagi nak-anaknya.
b) Situsi lingkungan sekitar yang tidak atau kurang mendukung (kondusif).
c) Dampak negatif dari perkembangan IPTEKS (ilmu pengetahuan, teknologi dan seni).
2)
Faktor internal, yakni
persoalan-persoalan PAI yang berasal dari internal kelembagaan (sekolah),
antara lain:
a) Mutu guru PAI yang masih rendah.
b) Kurangnya solidaritas sesama guru di lembaga tertentu.
c) Setrategi pembelajaran yang konvensional dan monoton.
d) Kurangnya alokasi waktu sedangkan materi padat.
e) Sistem penilaian yang kurang tepat.
Mencermati persoalan persoalan PAI yang telah diungkapkan diatas,
ditawarkan beberapa alternatif pemecahan berikut:
1. Terkait dengan persoalan yang ersumber dari faktor eksternal antara lain dengan jalan mengembangkan sistem pendidikan yang integral dalam arti keterpaduan antara pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
2. Menciptakan dan meningkatkan mutu guru PAI dengan menggunakan sistem pemberdayaan yang berkelanjutan.
3. Kerjasama antara guru PAI dengan guru-guru lannya hendaknya lebih ditingkatkan.
4. Hendakya guru PAI mengembangkan kegiatan pemebelajaran yang memungkin kan guru dan siswa untuk sama-sama aktif (model CBSA). Kemudian guru diharapkan dapat mengembangkan sistem penilaian yang lebih komprehensif sehingga mampu menilai semua aspek anak didik (kognitif, afektif dan pdikomotorik).
5. Untuk mengatasi keterbatasan waktu dan tuntutan kurikulum yang padat, guru Pai dapat melakukan hal berikut:
a.
Pengembangan pola pengorganisasian
kelas yang bervariasi.
b.
Mentradisikan kegiatan hari besar
keagamaan dengan melibatkan anak didik secara aktif.