Rouf 'Azmi Supervisi Pendidikan | Kumpulan Makalah Perkuliahan

Tuesday 1 May 2012

Supervisi Pendidikan

oleh : Yogi Pramesti Utomo

BAB I
PENDAHULUAN

            Pendidikan merupakan sistem kerja yang saling terkait antara komponen yang satu dengan lainnya. Bila selama ini guru selalu menjadi sorotan sekaligus ujung tombak pelaksanaan pendidikan di berbagai jenjang, sebenarnya masih ada komponen lain yang harus diberdayakan dalam aplikasi pendidikan di lapis bawah yaitu peran kepala sekolah. Kinerja guru dalam mengabdikan dirinya sebagai pemecahannya, sehingga tidaklah mengherankan jika hampir setiap bangsa telah menempatkan masalah pendidikan dalam suatu tempat yang utama.
            Namun demikian, upaya untuk melaksanakan pencapaiannya yakni mencapai tujuan pendidikan yang dikehendaki, hal itu harus diikuti dengan prinsip-prinsip yang telah dikembangkan serta teruji kebenarannya sehingga prinsip-prinsip itupun kiranya akan mendasari pemecahan masalah baik dalam hal kebijakannya yang akan tercermin dalam perencanaan pendidikan atau dalam perencanaan kurikulum maupun dalam hal-hal yang lebih operasional, yang dapat kita tinjau di sekolah atau di kelas sebagai lembaga yang melaksanakan pendidikan secara formal.
            Peningkatan mutu dan relevansi pendidikan adalah tantangan yang paling penting dalam pembangunan pendidikan. Sentralisasi dalam manajemen atau pengelolaan pendidikan telah menyebabkan kurang berkembangnya kemampuan daerah untuk mengatur dan mengelola berbagai urusan pendidikan daerah masing-masing. Salah satu sarana terpenting dalam pendidikan adalah sekolah. Guru sebagai tenaga pengajar merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangankan secara terus menerus. Potensi sumber daya guru harus terus berkembang agar dapat melaksanakan fungsinya secara professional. Oleh karena itu diperlukanlah supervisi pendidikan untuk mengawasi dan memperbaiki proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru.



BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Supervisi Pendidikan
            Dari segi etimologis kata “supervisi” berasal dari bahasa inggris “supervision” yang berarti pengawasan/kepengawasan.[1] Kata “supervisi” berasal dari dua kata yaitu “super” dan “vision” yang masing-masing kata berarti atas dan penglihatan.[2] Supervisi sering diartikan sebagai pekerjaan mengawasi dalam artian mencari dan menemukan kesalahan-kesalahan kemudian diperbaiki atau yang sering disebut dengan snooper vision. Namun dengan adanya pengertian yang sedemikian rupa malah menjadikan seorang guru bekerja dengan tidak baik karena takut untuk dipersalahkan.
            Dewasa ini Supervisi tidak hanya diartikan sebagai kegiatan mengawasi, sehingga dapat menyebabkan guru merasa ketakutan untuk dipersalahkan. Oleh banyak ahli memberikan definisi atau penegrtian yang berbeda-beda berkaitan dengan supervisi ini, salah satunya yaitu Kinball Wiles (Suhertian,2008:18) mengartikan supervisi sebagai bantuan yang diberikan untuk memperbaiki situasi belajar mengajar yang lebih baik. Seorang supervisor yang baik harus memiliki keterampilan dasar sebagai berikut:
1.      Keterampilan dalam hubungan-hubungan kemanusiaan.
2.      Keterampilan dalam proses kelompok.
3.      Keterampilan dalam kepemimpinan pendidikan.
4.      Keterampilan dan mengatur personalia sekolah.
5.      Keterampilan dalam evaluasi.




B.     Tujuan Supervisi Pendidikan
            Sebagai seorang pendidik, guru memiliki tugas yang tidak ringan, ditambah lagi beban hidup yang berat serta harus mengahadapi peserta didik yang masih dalam proses perkembangan dan tentunya memiliki background keluarga, budaya, ekonomi, maupun problem yang berbeda-beda. Oleh karena itu supervisi pendidikan perlu untuk dilakukan karena pada dasarnya supervisi pendidikan dilakukan untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada guru agar dapat menemukan jalan keluar dalam menghadapi permasalahan-permasalahan diatas secara mandiri, sehingga dapat berimplikasi juga terhadap peningkatan prestasi kerjanya.
            Tujuan supervisi pendidikan harus sama dengan tujuan pendidikan nasioanal sesuai dengan keputusan MPR yang tertera dalam GBHN. Tujuan khusus supervisi pendidikan merupakan tugas khusus seorang supervisor, meliputi:[3]
1.       Membina guru-guru untuk lebih memahami tujuan umum pendidikan. Dengan demikian akan menghilangakn tentang anggapan adanya mata pelajaran yang penting dan tidak penting, sehingga guru dapat mengajar dan mencapai prestasi maksimal bagi siswanya.
2.      Membina guru-guru guna mengatasi problem siswa demi kemajuan prestasi belajarnya.
3.      Membina guru untuk mempersiapkan siswanya menjadi anggota masyarakat yang produktif, kreatif, etis, dan religious.
4.      Membina guru dalam kemampuan mengevaluasi, mendiagnosa kesulitan belajar dan seterusnya.
5.      Membina guru dalam memperbesar kesadaran tentang tata kerja yang demokratis, kooperatif serta gotong royong.
6.      Memperbesar ambisi guru dan karyawan untuk meningkatkan mutu profesinya.
7.      Membina guru dan karyawan untuk dapat meningkatkan popularitas sekolah.
8.      Melindungi guru dan karyawan dari tuntutan dan kritik tak wajar dari masyarakat.
9.      Mengembangakan sikap kesetiakawanan dan ketemansejawatan dari seluruh tenaga pendidikan.

C.    Fungsi supervisi Pendidikan
            Supervisi pendidikan memiliki fungsi utama yaitu ditujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran.[4] Menurut swearingan (Suhertian, 2008: 21) terdapat 8 fungsi supervisi pendidikan sebagai berikut:[5]
1.      Mengkoordinasi semua usaha sekolah
Usaha-usaha sekolah meliputi:
a.       Usaha tiap guru
Guru ingin menggemukakan ide dan materi pelajaran menurut pandanganya kearah peningkatan. Usaha-usaha tersebut bersifat individu maka perlu adanya koordinasi, dan itulah fungsi koordinasi.
b.      Usaha sekolah
Sekolah dalam menentukan kebijakan, merumuskan tujuan atas setiap kegiatan sekolah, termasuk program-program sepanjang tahun, perlu adanya koordinasi yang baik.
c.       Usaha bagi pertumbuhan jabatan
Setiap guru menginginkan jabatanya selalu naik. Oleh karena itu, guru harus selalu belajar, mengikuti seminar, workshop, dan lain-lain.Untuk itu, perlu adanya koordinasi yang merupakan tugas supervisi.
2.      Memperlengkapi kepemimpinan sekolah
Kepemimpinan merupakan sebuah keterampilan yang harus dipelajari dan membutuhkan latihan terus menerus. Salah satu fungsi supervisi adalah melatih dan memperlengkapi guru agar memiliki keterampilan dalam kepemimpinan sekolah.


3.      Mememperluas pengalaman guru
Supervisi harus dapat memotifasi guru untuk mau belajar pengalaman nyata dilapangan, karena dengan adanya pengalaman tersebut akan memperkaya pengetahuan mereka.
4.      Menstimulasi usaha sekolah yang kreatif
Seorang supervisi harus bisa memberikan stimulus kepada guru agar mereka tidak hanya bekerja atas dasar instruksi atasan, namun mereka harus dapat berperilaku aktif dalam proses pembelajaran.
5.      Memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus
Penilaian yang diberikan harus bersifat menyeluruh dan kontinu. Karena mengadakan penilaian secara teratur merupakan suatu fungsi utama dari supervisi pendidikan.
6.      Menganalisis situasi belajar mengajar
Tujuan dari supervisi adalah untuk memperbaiki situasi belajar mengajar, agar usaha ini dapat berhasil maka perlu adanya analisis hasil dan proses belajar.
7.      Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf supervisi berfungsi untuk memberikan bantuan kepada guru agar dapat mengembangkan pengetahuan dalam keterampilan mengajar.
8.      Memberi wawasan luas dan terintregasi dalam merumuskan tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru.

D.    Prinsip Supervisi Pendidikan
            Dalam melaksanakan tugasnya seorang supervisor harus berpegang pada prinsip-prinsip yang kokoh demi kesuksesan tugasnya, adapun prinsip-prinsip tersebut meliputi:[6]
1.      Prinsip fundamental/dasar
Setiap pemikiran, sikap, dan tindakan seorang supervisor harus berlandaskan sesuatu yang kokoh dan kuat. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila adalah falsafah dan dasar Negara kita, sehingga sebagai supervisor haruslah menjadikan pancasila sebagai landasan dasarnya.

2.      Prinsip praktis
Sesuai dengan prinsip fundamental sebagai supervisor pendidikan Indonesia haruslah berpedoman pada prinsip positif dan prinsip negatif.
a.       Prinsip positif merupakan pedoman yang harus dilakukan oleh seorang seorang supervisor agar berhasil dalam pembinaanya. Prinsip positif tersebut meliputi:
                                                        i.            Supervisi harus konstruktive dan kraetive
Supervisi harus dapat membangun pendidikan dan pengajaran kearah yang lebih baik dengan mengembangkan aktifitas, daya kreasi dan inisiatif orang-orang yang disupervisinya.
                                                      ii.            Supervisi dilakukan harus berdasarkan hubungan professional, bukan hubungan pribadi.
                                                    iii.            Supervisi hendaklah progresif, tekun, sabar, tabah, dan tawakal.
                                                    iv.            Supervisi haruslah dapat menggembangkan bakat, potensi, dan kesanggupan untuk mencapai tujuan.
                                                      v.            Supervisi haruslah senantiasa memperhatikan kesejahteraan serta hubungan baik yang dinamik.
                                                    vi.            Supervisi haruslah bertolak dari keadaan yang kini nyata ada (das sein) menuju sesuatu yang dicita-citakan (das solen).
                                                  vii.            Supervisi harus jujur, obyektif dan siap mengevaluasi dirinya sendiri demi kemajuan.

Prinsip negatif:
i.                 Supervisi tidak boleh memaksakan kemauan kepada orang-orang yang disupervisi.
ii.               Supervisi tidak boleh dilakukan berdasarkan hubungan pribadi, keluarga, pertemanan dan sebagainya.
iii.              Supervisi hendaklah tidak menutup kemungkinan terhadap perkembangan dan hasrat untuk maju bagi bawahanya dengan dalih apapun.
iv.             Supervisi tidakboleh menutup adanya hasrat untuk berkembang dan ingin maju dari bawahanya.
v.               Supervisi tidak boleh menuntut prestasi diluar kemampuan bawahanya.
vi.             Supervisi tidak boleh egois dan menutup diri dari kritik dan saran dari bawahanya.

E.     Tipe Supervisi Pendidikan
            Dalam dunia pendidikan, supervisi memiliki berbagai macam fungsi, dan untuk dapat mencapai fungsi tersebut dapat menggunakan berbagai cara supervisi, cara-cara supervisi tersebut dibagi dalam 5 tipe, meliputi:[7]
1.      Otokrasi
Supervisor yang otokrasi ini menggangap bahwasanya fungsi adalah sebagai penentu segala kebijakan yang harus dijalankan dan bagaimana harus menjalankanya. Otoritas mutlak berada pada seorang supervisor.
2.      Demokratis
Supervisor yang demokratis melaksanakan fungsinya secara konsekuen dengan fungsi yang sebenarnya, yaitu dengan membina dan otoritas supervisi seimbang dengan pihak yang disupervisi.
3.      Quasi Demokrasi
Dalam praktiknya sering terdapat seorang supervisor yang berbuat seolah-olah demokratis, seperti dengan mengadakan rapat untuk memusyawarahkan suatu permasalahan tetapi dalam rapat tersebut seorang supervisor berusaha memaksakan keinginanya untuk dituruti bawahanya dengan cara yang licin.
4.      Tipe Manipulasi Demokrasi
Pada tipe ini juga melaksanakan prinsip demokrasi seperti dengan mengadakan musyawarah, tetapi dengan kelihaianya ia berusaha menggiring pikiran orang-orang yang disupervisi agar dapat menutujui kehendaknya.


5.      Laissez-faire
Pada tipe ini seorang supervisor memberikan kesempatan kepada bawahanya sehingga seorang supervisor kehilangan otoritasnya.

F.     Teknik supervisi
            Supervisor hendaknya dapat memilih teknik supervisi yang tepat, sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Untuk kepentingan tersebut, berikut diuraikan beberapa teknik supervisi yang dapat dipilih dan digunakan supervisor pendidikan. Teknik-teknik supervisi menurut Pidarta (1992) meliputi:
1.      Teknik-teknik yang berhubungan dengan kelas, meliputi:
a.       Observasi kelas
b.      Kunjungan kelas
2.      Teknik-teknik dengan berdiskusi, meliputi:
a.       Pertemuan formal
b.      Pertemuan informal
c.       Rapat guru.
3.      Supervisi yang direncanakan bersama, meliputi:
a.       Teknik supervisi sebaya
b.      Teknik yang memakai pendapat siswa dan alat elektronika
4.      Teknik yang mengunjungi sekolah lain.
5.      Teknik melalui pertemuan pendidikan.[8]

G.    Metode-Metode Supervisi Pendidikan
            Terdapat dua metode supervisi pendidikan yang dapat dilakukan untuk dapat mencapai tujuan supervisi pendidikan, yaitu:[9]
1.      Metode Langsung (direct method)
Bila seorang supervisor menghadapi orang-orang yang disupervisi tanpa perantara atau media, maka dikatakan bahwasanya dia mengunakan metode langsung, baik individu maupun kelompok. Misalnya konsultasi pribadi/kelompok, pertemuan guru bidang studi dan sebagainya.

2.      Metode tak langsung (indirect method)
Bila seorang supervisor menghadapi orang-orang yang disupervisi menggunakan alat/benda perantara dalam melaksanakan supervisi, maka hal tersebut dengan metode supervisi tidak langsung. Misalkan dengan menggunakan media papan pengumuman, handphone, telephone, e-mail dan sebagainya.




BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
      Supervisi sering diartikan sebagai bantuan yang diberikan untuk memperbaiki situasi belajar mengajar yang lebih baik. supervisi pendidikan perlu untuk dilakukan karena pada dasarnya supervisi pendidikan dilakukan untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada guru agar dapat menemukan jalan keluar dalam menghadapi permasalahan-permasalahan diatas secara mandiri, sehingga dapat berimplikasi juga terhadap peningkatan prestasi kerjanya. Supervisi pendidikan memiliki fungsi utama yaitu ditujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran.
      Dalam melaksanakan tugasnya seorang supervisor harus berpegang pada prinsip-prinsip yang kokoh demi kesuksesan tugasnya, adapun prinsip-prinsip tersebut meliputi:
1.      Prinsip fundamental/dasar
Setiap pemikiran, sikap, dan tindakan seorang supervisor harus berlandaskan sesuatu yang kokoh dan kuat. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila adalah falsafah dan dasar Negara kita, sehingga sebagai supervisor haruslah menjadikan pancasila sebagai landasan dasarnya.
2.      Prinsip praktis
Sesuai dengan prinsip fundamental sebagai supervisor pendidikan Indonesia haruslah berpedoman pada prinsip positif dan prinsip negatif.
      Terdapat 5 tipe dalam supervisi pendidikan yaitu tipe otokrasi, demokratis, quasi demokrasi, manipulasi demokratis, laissez-faire. Selain itu juga terdapat teknik-teknik supervisi meliputi Teknik-teknik yang berhubungan dengan kelas, meliputi: teknik-teknik dengan berdiskusi, supervisi yang direncanakan bersama, teknik yang mengunjungi sekolah lain, teknik melalui pertemuan pendidikan.



DAFTAR PUSTAKA


Ary H.Gunawan. 1996. Administrasi Sekolah. Jakarta: PT.Rineka Cipta
Jurnal. Supervisi Pendidikan Sekolah Dasar.Imam Setiyono.2005.Jurnal            pendidikan dasar, vol. 6, no.1, 2005
Maryono.2011. Dasar-Dasar dan Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan.         Yogyakrta:Ar-Ruzz.
Subari. 1994.Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi     Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
http://pdf.kq5.org/doc/ (diakses pada 18/4/2012 pukul 20.00)
http://downloadpdf.co.uk (diakses pada 18/4/2012 pukul 20.10)



[1] Ary H.Gunawan. Administrasi Sekolah. (Jakarta: PT.Rineka Cipta:1996).Hlm.193
[2] Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar. (Jakarta: Bumi Aksara:1994)Hlm.1

[3] Ary H.Gunawan. Administrasi Sekolah. (Jakarta: PT.Rineka Cipta:1996).Hlm.198-199
[4] Maryono.Dasar-Dasar dan Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan.(Yogyakrta:Ar-Ruzz:2011).Hal.21.
[5] Ibid.Hal.21-23.
[6] Ary H.Gunawan. Administrasi Sekolah. (Jakarta: PT.Rineka Cipta:1996).Hlm.196-198.
[7] Maryono.Dasar-Dasar dan Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan.(Yogyakrta:Ar-Ruzz:2011).Hal 24-25.
[8] Jurnal. Supervisi Pendidikan Sekolah Dasar. Imam Setiyono.2005. Jurnal pendidikan dasar, vol. 6, no.1, 2005
[9] Ary H.Gunawan. Administrasi Sekolah. (Jakarta: PT.Rineka Cipta:1996).Hlm.203-204.

Ditulis Oleh : Abdur Rouf Hari: 9:51 am Kategori:

Comments
0 Comments