Rouf 'Azmi Teori dan Pendekatan Studi Kepemimpinan | Kumpulan Makalah Perkuliahan

Monday 8 October 2012

Teori dan Pendekatan Studi Kepemimpinan

A.      Teori-Teori Kepemimpinan
Saat ini masih banyak penelitian dan diskusi yang dilakukan untuk mencari penjelasan atas esensi dari kepemimpinan. Awalnya, teori-teori kepemimpinan berfokus pada kualitas apa yang membedakan antara pemimpin dan pengikut (leaders and followers), sementara teori-teori selanjutnya memandang variabel lain seperti faktor-faktor situasional dan tingkat keterampilan individual.[1]
1.      Teori Genetis (The Great Man Theory)
Teori ini mengatakan bahwa pemimpin besar (great leader) dilahirkan, bukan dibuat (leader are born, not made)[2]. Teori ini dilandasi oleh keyakinan bahwa pemimpin merupakan orang yang memiliki sifat-sifat luar biasa dan dilahirkan dengan kualitas istimewa yang dibawa sejak lahir, dan ditakdirkan menjadi pemimpin. Orang yang memiliki kualitas tersebut diatas adalah pemimpin yang sukses, disegani bawahannya, dan menjadi “pemimpin besar”. Pemimpin di bidang politik yang masuk daam kategori ini antara lain Gandhi, Churcill, dan Mandela.[3]
Senada dengan hal tersebut, Kartini Kartono dalam bukunya membagi definisi teori genetis dalam dua poin, yaitu: 1) pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi terlahir menjadi pemimpin oleh bakat-bakat alami yang luar biasa sejak lahirnya. 2) dia ditakdirkan lahir menjadi pemimpin dalam situasi kondisi yang bagaimanapun juga.[4]
2.      Teori Sifat (Traits Theory of Leadership)
Teori ini mengasumsikan bahwa manusia yang mewarisi sifat-sifat tertentu dan sifat-sifat yang membuat mereka lebih cocok untuk menjalankan fungsi kepemimpinan. Teori sifat tertentu sering mengidentifikasi karakteristik kepribadian atau perilaku yang dimiliki oleh pemimpin.[5]
Teori ini menempatkan sejumlah sifat atau kualitas yang dikaitkan dengan keberadaan pemimpin, yang memungkinkan pekerjaan atau tugas kepemimpinannya akan sukses atau efektif. Pemimpin akan efektif dan berhasil jika memiliki sifat-sifat seperti berani, berkemauan kuat, memiliki stamina lebih, mempunyai sifat empati, berani mengambil keputusan, cermat dalam waktu, berani bersaing, percaya diri, bersedia berperan sebagai pelayan orang lain, loyalitas tinggi, hubungan interpersonal baik, track record bagus, intelegensi tinggi dan lain sebagainya.[6]
3.      Teori Perilaku (Behavioral Theory of Leadership)
Disebut juga teori sosial, dan merupakan sanggahan terhadap teori genetis. Pemimpin itu harus disiapkan, dididik dan dibentuk, tidak dilahirkan begitu saja (leaders are made, not born)[7]. Setiap orang bisa menjadi pemimpin, melalui usaha penyiapan dan pendidikan, serta didorong oleh kemauan sendiri[8].
Teori ini tidak menekankan pada sifat-sifat atau kualitas yang harus dimiliki pemimpin, tetapi memusatkan pada bagaimana cara aktual pemimpin berperilaku dalam mempengaruhi orang lain, dan hal ini dipengaruhi oleh gaya keemimpinan masing-masing. Gaya tersebut bisa berkembang menjadi model human relationship atau task oriented.[9]
4.      Teori ekologis atau sintetis
Teori ini muncul sebagai reaksi dari kedua teori terdahulu (genetis dan sosial). Teori ini menyatakan bahwa seseorang akan sukses menjadi pemimpin, bila sejak lahir dia telah dimiliki bakat-bakat kepemimpinan yang dikembangkan melalui pengalaman dan usaha pendidikan juga sesuai dengan tuntutan lingkungan.[10]
5.      Teori Situasional (Situational Theory of Leadership)
Teori ini muncul sebagai reaksi terhadap teori perilaku yang menempatkan perilaku pemimpin dalam dua kategori yaitu otokratis dan demokratis[11]. Teori ini menyebutkan bahwa pemimpin memilih tindakan terbaik berdasarkan variabel situasional[12]. Keefektifan kepemimpinan tidak tergantung pada gaya tertentu pada suatu situasi, tetapi tergantung pada ketepatan pemimpin berperilaku sesuai dengan situasinya. Jadi, pemimpin yang efektif adalah “on the right place, the right time, and fulfill the needs and expectation of the follower.”[13]
6.      Teori Kontingensi (Contingency Theory of Leadership)
Teori ini memfokuskan pada variabel tertentu yang berhubungan dengan lingkungan yang bisa menentukan gaya kepemimpinan yang paling cocok untuk situasi yang cocok pula. Menurut teori ini, tidak ada gaya kepemimpinan terbaik dalam segala situasi[14]. Keefektifan kepemimpinan  ditentukan paling tidak oleh tiga variabel, yaitu gaya kepemimpinan, keadaan pengikut, serta situasi dimana kepemimpinan diterapkan. Teori ini merupakan pengembangan dari teori situasional.[15]
7.      Teori Kharismatik (Charismatic Theory)
Dalam teori ini, para pengikut memiliki keyakinan bahwa pemimpin mereka diakui memiliki kemampuan luar biasa, yaitu kemampuan yang hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu. Pemimpin dianggap lebih tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari. Di Jawa, diistilahkan sebagai: orang yang wicaksana, ngerti sakdurunge winarah.
 Menurut Robert House, terdapat tiga komponen utama sebagai indikator dari pemimpin kharismatik, yaitu: 1) memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi, 2) dominan dalam segala hal, baik sifat pribadi yang unggul, terpuji, dapat dipercaya, dan 3) memiliki pengaruh yang sangat kuat hingga pengikutya seperti terbuai mengikuti perintahnya.[16]
8.      Teori Transaksional (Transactional Theory of Leadership)
Juga disebut sebagai teori-teori manajemen. Kajiannya berfokus pada peran pengawasan, organisasi dan kinerja kelompok[17]. Teori ini menggunakan pendekatan transaksi untuk disepakati bersama antar pemimpin dan karyawan. Pemimpin mengambil inisiatif menawarkan bentuk pemuasan bagi karyawan, (misal upah dan promosi). Jika kesepakatan telah terjadi, maka pemimpin menindaklanjuti dengan merumuskan dan mendeskripsikan tugas dengan jelas dan operasional, menjelaskan target, dan memotivasi karyawan agar mau bekerja keras[18]. Teori ini menggunakan prinsip sistem ganjaran dan hukuman (reward and punishment)[19].
9.      Teori Transformasional (Relational Theory of Leadership)
Disebut juga sebagai teori-teori relasional kepemimpinan. Teori ini berfokus pada hubungan yang terbentuk antara pemimpin dan pengikutnya. Pemimpin memotivasi dan menginspirasi orang dengan membantu anggota memahami potensinya untuk kemudian ditransformasikan menjadi perilaku nyata dalam rangka penyelesaian tugas pokok dan fungsi dalam kebersamaan. Pemimpin transformasional biasanya memiliki etika yang tinggi dan standar moral.[20]
Untuk menjadi pemimpin transformasional, ada dua tugas yang harus dilakukan, yaitu membangun kesadaran pengikutnya akan pentingnya meningkatkan produktivitas organisasi, dan mengembangkan komitmen organisasi dengan mengembangkan kesadaran ikut memiliki organisasi dan kesadaran tanggung jawab pada organisasi.[21]

B.       Pendekatan Studi Kepemimpinan
Hampir seluruh penelitian kepemimpinan dapat dikelompokkan kedalam empat macam pendekatan, yaitu:

Lanjut Baca: Klik Disini





Ditulis Oleh : Abdur Rouf Hari: 11:38 pm Kategori:

Comments
0 Comments

0 comments: