Rouf 'Azmi Lanjut Baca [konsep psikologi islam tentang Manusia] | Kumpulan Makalah Perkuliahan

Wednesday 3 February 2010

Lanjut Baca [konsep psikologi islam tentang Manusia]

Baca Paragraf Sebelumnya: Klik Disini

3.      Fitrah: konsep utama dalam Psikologi Islam
Sehubungan dengan kata fitrah ada sebuah hadist shohih yang sangat populer dikalangan ahli pendidikan mengenai hal ini, yaitu hadist yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Rosulullah saw. bersabda:

كل مولود يولد على الفطرة فاء بواه يهودا نه او ينصرا نه او يمجسانه
 “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (yaitu suci dan bersih). Kedua orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. (H.R. Muslim).

Menurut Ahmad Tafsir, dalam hadist ini manusia lahir membawa kemampuan-kemampuan atau pembawaan. Fitrah yang disebutkan di dalam hadist ini adalah potensi. Potensi adalah kemampuan, jadi fitrah yang dimaksud disini adalah pembawaan.[1] Demikian pula Hasan Langgulung, memaknai hadist diatas fitrah adalah potensi yang baik.[2] Sebab pengertian hadist diatas menjadikan Yahudi, Nasrani dan Majusi itu bermakna menyesatkan. Makna bapak dan ibu adalah lingkungan sebagaiman yang dimaksud oleh para ahli pendidikan. Keduanyalah yang menetukan perkembangan seseorang.
Dalam Q.S Al-Rum:30 dijelaskan lebih lanjut hakikat fitrah ini dengan firman-Nya:
óOÏ%r'sù y7ygô_ur ÈûïÏe$#Ï9 $ZÿÏZym 4 |NtôÜÏù «!$# ÓÉL©9$# tsÜsù }¨$¨Z9$# $pköŽn=tæ 4 Ÿw Ÿ@ƒÏö7s? È,ù=yÜÏ9 «!$# 4 šÏ9ºsŒ ÚúïÏe$!$# ÞOÍhŠs)ø9$#  ÆÅ3»s9ur uŽsYò2r& Ä¨$¨Z9$# Ÿw tbqßJn=ôètƒ ÇÌÉÈ
Artinya:
Hadapkanlah wajahmu dengan lurus pada agama (Allah Swt), (tetaplah atas) fitrah Allah. Yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah Swt. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan orang tidak mengetahuinya”. (Q.S Al-Rum (30):30)[3]

Makna Fa aqim wajhaka li ad-din hanifa (Hadapkannlah wajahmu dengan lurus pada agama Allah Swt). Menurut Mujahid, Ikrimah, al-Jazairi, Ibnu al-“Athiyah, Abu al-Qosim al-Kalbi dan az-Zuhayli, kata ad-din bermakna din al-Islam.[4] Penafsiran ini  sangat tepat karena ayat ini ditujukan kepada Rosulullah Saw, tentu agama yang dimaksud adalah Islam. Adapun hanif adalah cenderung pada jalan yang lurus dan meninggalkan kesesatan. Dengan demikian, perintah untuk mengharuskan untuk menghadapkan wajah pada din al-Islam dengan pandangan lurus; tidak menoleh ke kiri dan ke kanan, dan tidak condong pada agama-agama lain yang batil dan menyimpang. Penerimaan merupakan sikap menerima secara total terhadap agama, istiqomah didalamnya, teguh terhadapnya dan memandangnya amat penting.
Seperti yang sudah disampaikan, bahwa pengertian fitrah terkait dengan pengertian hanif. Manusia yang sudah kembali menemukan fitrahnya, ia akan terkondisikan untuk menjadi hanif. Kata hanif berasal dari kata kerja hanafayahnifu dan masdarnya hanifan, artinya adalah “condong”, atau “cenderung” dan kata bendanya “kecenderungan”. Dalam Alqur’an, kata hanif yang dimaksud adalah “cenderung kepada yang benar”. Setelah orang selalu tertambat hatinya kepada kebenaran (hanif) dan menolak dengan keras segala bentuk penentangan dan persekutuan terhadap Allah.
Dapat disimpulkan bahwa inti fitrah adalah bahwa manusia memiliki kecenderungan beragama, lebih spesifik lagi adalah islam, iman dan tauhid. Fitrah manusia adalah sesuatu kekuatan atau kemampuan (potensi terpendam) yang menetap pada diri manusia sejak awal kejadiannya sebagai sifat kodrati, untuk komitmen terhadap keimanan kepada-Nya, cenderung kepada hanif (kebenaran), dan potensi itu merupakan ciptaan Allah. Fitrah Allah berarti ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama, yaitu agama Tauhid; maka hal itu tidak wajar kalau manusia tidak beragama tauhid. Mereka tidak beragama tauhid itu hanya lantaran pengaruh lingkungan.
Dengan konsep fitrah ini maka kita dapat mengatakan bahwa konsep Islam tentang manusia berbeda bahkan bertentangan dengan konsep psikologi barat (Psikoanalisis, Behaviorisme dan Humanisme). Islam juga menolak  anggapan bahwa ketika dilahirkan manusia dalam keadaan netral (nol).

B.     Tokoh Psikologi Agama Islam
Al-Farabi merupakan salah satu ilmuwan Islam, beliau juga dikenal sebagai: fisikawan, kimiawan, filsuf, ahli ilmu logika, ilmu jiwa, metafisika, politik, musik, dll.
Al-Farabi lahir di Farab, tahun 257 H / 870 M dan wafat di Haleb (Aleppo) pada tahun 339 H / 950 M. Nama lengkapnya Abu Nasr Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan bin Uzlag Al-Farabi. Filsuf muslim terkemuka pada zamannya yang sukar dicari padanannya.
Dimasa kecil, ia yang dikenal rajin belajar dan memiliki otak yang cerdas, belajar agama, bahasa Arab, bahasa Turki, dan bahasa Parsi di kota kelahirannya, Farab. Setelah besar al-Farabi pindah ke Baghdad dan tinggal selama 20 tahun. Di Baghdad ia memperdalam filsafat, logika, matematika, etika, ilmu politik, musik, dll. Dari Baghdad Al-Farabi kemudian pindah ke Harran (Iran). Disana ia mempelajari filsafat Yunani kepada beberapa ahli diantaranya Yuhana bin Hailan. Dari Harran kemudian pindah lagi ke Baghdad.
Selama di Baghdad waktunya dihabiskan untuk mengajar dan menulis. Hasil karyanya diantaranya buku tentang ilmu logika, fisika, ilmu jiwa, metafisika, kimia, ilmu politik, musik, dll. Tapi kebanyakan karya–karyanya yang ditulis dalam bahasa Arab telah hilang dari peredaran. Sekarang yang masih tersisa diperkirakan hanya sekitar 30 buah. Diantara karya–karyanya antara lain :
1.      Agrad al Kitab ma Ba’da Tabi’ah  (Intisari Buku Metafisika)
2.      Al–Jam’u Baina Ra’yai al–Hakimaini (Mempertemukan dua pendapat Filusuf : Plato dan Aristoteles)
3.      ‘Uyun al Masa’il ( Pokok – pokok persoalan )
4.      Ara’u Ahl al–Madinah (Pikiran – pikiran Penduduk Kota)
5.      Ihsa’ al– ‘Ulum (Statistik Ilmu)
Ketika pergolakan politik di Baghdad memuncak pada tahun 330 H/941 M, al–Farabi merantau ke Haleb (Aleppo), disana ia mendapat perlakuan istimewa dari sultan Dinasti Hamdani yang berkuasa ketika itu, yakni Saifuddawlah. Karena perlakuan baiknya maka al-Farabi tetap tinggal di sana sampai akhir hayatnya.
Jasa Al-Farabi bagi perkembangan ilmu filsafat pada umumnya dan filsafat Islam pada khususnya sangat besar. Menurut berbagai sumber, ia menguasai 70 jenis bahasa dunia, karena itulah al – Farabi dikenal menguasai banyak cabang keilmuan.
Dalam bidang ilmu pengetahuan, keahliannya yang paling menonjol ialah dalam ilmu *mantik (logika). Kepiawaiannya dibidang ini jauh melebihi gurunya, Aristoteles. Menurut al– Ahwani, pengarang al–Falsafah al– Islamiyyah, besar kemungkinan gelar “Guru Kedua” (al-Mu’allim as–Sani) yang disandang al-Farabi diberikan orang karena kemashurannya dalam bidang ilmu mantik. Dialah orang yang pertama memasukkan ilmu logika kedalam kebudayaan Arab, sebagaimana Aristoteles yang dijuluki “Guru Pertama” (al – Mu’allim al – Awwal) karena dialah yang pertama kali menemukan ilmu logika dengan melatakkan dasar – dasarnya.
Dibidang filsafat, Al-Farabi tergolong ke dalam kelompok filusuf kemanusiaan. Ia lebih mementingkan soal–soal kemanusiaan seperti akhlak (etika), kehidupan intelektual, politik, dan seni.
Filsafat Al-Farabi sebenarnya merupakan campuran antara filsafat Aristotelesdan Neo–Platonisme dengan pikiran keislaman yang jelas dan corak aliran Syiah Imamiah. Dalam soal ilmu mantik dan filsafat fisika, umpamanya ; ia mengikuti pemikiran–pemikiran Aristoteles, sedangkan dalam lapangan metafisika al–Farabi mengikuti jejak Plotinus (205 – 270), seorang tokoh utama Neoplatonisme.
Al-Farabi berkeyakinan penuh bahwa antara agama dan filsafat tidak terdapat pertentangan karena sama – sama membawa kepada kebenaran. Namun demikian, ia tetap berhati – hati atau bahkan khawatir kalau – kalau filsafat itu membuat iman seorang menjadi rusak, dan oleh karena itu ia berpendapat seyogianya disamping dirumuskan dengan bahasa yang samar – samar, filsafat juga hendaknya jangan sampai bocor ke tangan orang awam.
Di antara pemikiran filsafat Al-Farabi yang terkenal adalah penjelasannya tentang emanasi (al-faid), yaitu teori yang mengajarkan tentang proses urut – urutan kejadian suatu wujud yang mungkin (alam makhluk) dari Zat yangwajib al wujud (Tuhan). Menurut nya, Tuhan adalah akal pikiran yang bukan berupa benda. Segala sesuatu, menurut al-Farabi, keluar (memancar) dari Tuhan karena Tuhan mengetahui bahwa Ia menjadi dasar susunan wujud yang sebaik – baiknya. Ilmu-Nya menjadi sebab bagi wujud semua yang diketahui-Nya.
Bagaimana cara emanasi itu terjadi? Al-Farabi mengatakan bahwa Tuhan itu benar – benar Esa sama sekali. karena itu, yang keluar dari pada – Nya juga tentu harus satu wujud saja. Kalau yang keluar dari zat Tuhan itu terbilang, maka berarti zat Tuhan juga terbilang. Menurut Al-Farabi dasar adanya emanasi ialah karena dalam pemikiran Tuhan dan pemikiran akal-akal – yang   timbul dari Tuhan – terdapat kekuatan emanasi dan penciptaan.
Selain filsafat emanasi, Al-Farabi juga terkenal dengan filsafat kenabian dan filsafat politik kenegaraannya. Dalam hal filsafat kenabian, al-Farabi disebut – sebut sebagai filusuf pertama yang membahas soal kenabian secara lengkap.Al-Farabi berkesimpulan bahwa para nabi / rasul maupun para flusuf sama – sama dapat berkomunikasi dengan akal Fa’’al, yakni akan ke sepuluh (malaikat).Perbedaannya, komunikasi nabi / rasul dengan akal kesepuluh terjadi melalui perantaraan imajinasi (al-mutakhayyilah) yang sangat kuat, sedangkan para filusuf berkomunikasi dengan akal kesepuluh melalui akal Mustafad, yaitu akal yang mempunyai kesanggupan dalam menangkap inspirasi dari akal kesepuluh yang ada diluar diri manusia.

Dalam hal filsafat kenegaraan, Al-Farabi membedakan menjadi lima macam:
1.      Negara Utama (al-madinah al-fadilah), yaitu negara yang penduduknya berada dalam kebahagiaan. Menurutnya negara terbaik adalah negara yang dipimpin oleh rasul dan kemudian oleh para filusuf;
2.      Negara orang – orang bodoh (al-madinah al-jahilah), yaitu negara yang penduduknya tidak mengenal kebahagiaan;
3.      Negara orang – orang fasik (al-madinah al-fasiqah), yakni negara yang penduduknya mengenal kebahagiaan, Tuhan dan akal Fa’alal-madinah al-fadilah), tetapi tingkah laku mereka sama dengan penduduk negeri yang bodoh;seperti penduduk utama (
4.      Negara yang berubah – ubah (al-madinah almutabaddilah), ialah negara yang penduduknya semula mempunyai pikiran dan pendapat seperti yang dimiliki negra utama, tetapi kemudian mengalami kerusakan;
5.      Negara sesat (al-madinah ad-dallah), yaitu negara yang penduduknya mempunyai konsepsi pemikiran yang salah tentang Tuhan dan akalFa’al, tetapi kepala negaranya beranggapan bahwa dirinya mendapat wahyu dan kemudian ia menipu orang banyak dengan ucapan dan perbuatannya.
C.    Implementasi Psikologi Islam dalam Pendidikan.
Pada dasarnya pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Bila di lihat secara etimologi atau secara bahasa maka dalam islam pendidikan berasal dari kata Tarbiyah, dengan kata kerja Rabba yang memiliki makna mendidik atau mengasuh. Jadi Pendidikan dalam Islam adalah Bimbingan oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani, rohani dan akal anak didik sehingga bisa terbentuk pribadi muslim yang baik.ini artinya bahwa ada tujuan yang akan di capai dalam proses pendidikan tersebut, salah satunya adalah menciptakan manusia yang bermoral dan berintelektual.
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk menjemput masa depan.
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sikap dan pikiran manusia. Tujuan dari mempelajari ilmu psikologi adalah untuk memahami alasan dibalik sikap dan proses mental manusia dengan cara meneliti baik itu prinsip-prinsip umum maupun spesifik dari suatu kasus. Bagi kebanyakan praktisi psikologi, tujuan mempelajari dan mengaplikasikan ilmu psikologi adalah untuk memberi manfaat bagi masyarakat.
Psikologi pendidikan dapat dikaitkan dengan prinsip-prinsip pendidikan dalam psikologi atau bagaimana pendidikan sebagai suatu disiplin yang diajarkan dalam psikologi menjadi subjek dan bagaimana keduanya saling berhubungan satu sama lain. Fokus utama psikologi pendidikan adalah mempelajari bagaimana manusia belajar, cara pembelajaran yang efektif, metode yang digunakan dalam pembelajaran dan peranan prinsip-prinsip-prinsip psikologi dalam studi sekolah sebagai sistem sosial.
Psikologi pendidikan merupakan aplikasi tujuan psikologi dalam sisitem pendidikan atau dengan kata lain aplikasi tujuan pendidikan dalam proses psikologi. Fokus pertama penerapan psikologi dalam pendidikan bersifat umum dan pendekatan kedua menggunakan pendidikan dalam psikologi peserta didik atau individu peserta didik. Namun secara umum, tidak ada perbedaan antara psikologi pendidikan individualistik dan psikologi pendidikan umum, dimana keduanya saling berkaitan, dan dianggap sebagai disiplin dari psikologi pendidikan.
Pendidikan dan pengajaran nampaknya dapat dianggap sebagai bidang profesi yang paling banyak memanfaatkan penerapan psikologi. Khususnya dalam pendidikan dan pengajaran persekolahan.
Program-program dalam persekolahn yang memanfattkan hasil penelitian psikologi antara lain :
1.       Pengajaran
Bagi para pendidik, pengetahuan tentang psikologi yang dimiliki akan amat membantu dalam menghadapi anak didiknya. Misalnya, bagaimana memanfatkan hasil penelitian pendidikan sehingga dapat mendorong anak belajar, bagaimana memanfaatkan alat peraga dalam mengajar, dan lain sebagainya.
2.       Kurikulum
Dasar-dasar psikologi digunakan untuk menyusun program pengajaran, yang sesuai dengan masa perkembangan anak, kebutuhan –kebutuhan anak, minat anak, dan lain sebagainya.
3.       Disiplin dan peraturan
Pembuatan peraturan-peraturan sehingga dengan suka rela anak mau menurutinya, penciptaan suasana sekolah yang menyenangkan dan lain sebaginya.
4.       Human Relationship
Hubungan antar personal di sekolah sehingga dinamika kerja lebih efektif dan efisien misalkan guru dengan murid, guru dan kepala sekolah dan lain sebagainya.
Dalam kehidupan kemasyarakatn dikenal adanya “pengembangan masyarakat”, yang berusaha mendayagunakan potesi-potensi manusiawai masyrakat untuk lebih memajukan peri kehidupan dan kemakmuran masyarakat. Dengan pendekatan psikologi diadakanlah program pendidikan masyarakat, program pengajaran sambil bekerja, program pemberantasan buta kasara dan sebagainya.
      Diangnosa masalah-masalah sosial merupakan kegiatan para ahli”pekerja sosial” dalam menentukan penyebab penyakit-penyakit sosial sehingga ditemukan jalan keluar yang dapat ditempih dan dijalankan dalam terapi sosial.
Setiap manusia atau tepatnya setiap anak terlahir tanpa memiliki sedikitpun pengetahuan dan kemampuan, sehingga untuk mencapai pengetahuan dan kemampuan tersebut maka hal itu tentu harus melalui beberapa proses dengan menjalani fase-fase perkembangan yang ada atau dalam arti mengaplikasikan psikologi dalam pendidikan demi menjapai tujuan dan kemampuan tersebut. fase-fase atau periode-periode tersebut tidak lain adalah periode infancy (bayi), early childhood (usia balita), middle and late  sedikit childhood(periode sekolah dasar), adolescence (masa remaja).  demi sedikit lama – lama menjadi bukit, begitu pula dalam hal penerapan atau aplikasi psikologi khususnya dalam pendidikan.tidak sertamerta melakukan proses dengan motifasi atau tujuan bahwa kelak si anak harus menjadi baik. tetapi juga mengacu dan dimulai dari satu sisi kesisi yang lain. dalam artian bahwa proses tersebut diawali dengan terfokus kepada satu sisi mulai dari pembentukan kepribadian,sosial, moral dan tingkah laku,yang tentunga mengikuti fase dan periode perkembangan anak yang ke depannya dapat membentuk kepribadian masyarakat dalam suatu negara.
Daftar Pustaka
·         Al-Qur’an dan TerjemahannyaKudus: Menara Kudus
·         Langgulung, HasanPendidikan dan Peradaban IslamJakarta: PT Maha Grafindo.
·         Mujib, Abdul. 2002. Nuansa-nuansa Psikologi Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
·         Rachman Assegaf, Abd.  2011. Filsafat Pendidikan IslamJakarta: P.T Raja Grafindo Persada.
·         Tafsir, Ahmad. 1991.  Ilmu Pendidikan dalam Perspektif IslamBandung: PT Remaja Rosdakarya.



[1] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991), hal. 35.
[2] Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam, (Jakarta: PT Maha Grafindo, 1985), hal. 214.
[3] Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Kudus: Menara Kudus)
[4] Dikutip dalam Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: P.T Raja Grafindo Persada, 2011).hal. 50.

Ditulis Oleh : Abdur Rouf Hari: 1:57 pm Kategori:

Comments
0 Comments

0 comments: