Rouf 'Azmi Pendidikan dan Konflik Sosial di Sekolah | Kumpulan Makalah Perkuliahan

Thursday 6 December 2012

Pendidikan dan Konflik Sosial di Sekolah


BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah
Siswa sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian mereka selalu melakukan interaksi sosial. Untuk mencapai kematangan tersebut, siswa memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungan sosialnya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan siswa tidak selalu berlangsung secara mulus, atau bebas dari masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut.
Perkembangan siswa tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupun sosial. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup (life style) warga masyarakat. Apabila perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar jangkauan kemampuan, maka akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku siswa, seperti terjadinya stagnasi (kemandegan) perkembangan, masalah-masalah pribadi, sosial atau penyimpangan perilaku.[1]
Siswa pada masa kini dalam hubunga sosialnya lebih cenderung suka membuat sebuah “geng” dan masih suka mencari sosok yang diidolakan, bahkan ada yang lebih membahayakan lagi yakni ikut terlibat dalam tawuran. Terkait dengan masalah hubungan sosial yang dihadapi siswa diperlukan satu pendidikan, yang mana pendidikan trsebut diharapkan dapat mengatasi suatu permasalahan social tersebut.
2.      Rumusan Masalah
a.       Pengertian dan tujuan pendidikan?
b.      Pengertian dan solusi konflik social di sekolah?
c.       Peran Pendidikan dalam mengatasi Konflik social?

BAB II
PEMBAHASAN
1.      PENDIDIKAN
a.       Pengertian Pendidikan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidika adalah proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan penelitian. Dari pengertian diatas terlihat bahwa melalui pendidikan, orang mengalami perubahan  sikap dan tata laku, orang berproses menjadi dewasa, menjadi matang dalam sikap dan tata laku. Proses pendewsaan ini dilakukan melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dari Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut juga dipahami bahwa pendidikan merupakan proses, cara dan perbuatan mendidik.[2]
Dlm UU. SISDIKNAS No. 20 thn 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yg diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

b.      Tujuan Pendidikan
Tujuan Pendidikan akan menentukan kearah mana anak didik akan dibawa. Disamping itu pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia. Tujuan pendidikan dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu menurut islam dan tujuan pendidikan secara umum
Tujuan pendidikan islam adalah mendekatkan diri kita kepada Allah dan pendidikan islam lebih mengutamakan akhlak. Secara lebih luas pendidikan islam bertujuan untuk : Pembinaan Akhlak, Penguasaan Ilmu, Keterampilan bekerja dalam masyarakat, Mengembangkan akal dan Akhlak, Pengajaran Kebudayaan, Pembentukan kepribadian, Menghambakan diri kepada Allah, Menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan akhirat
Sedangkan tujuan umum pendidikan Menurut kohnstamm dan gunning adalah untuk membentuk insan kamil atau manusia sempurna. Sedangkan menurut kihajar dwantara, tujuan akhir pendidikan ialah agar anak sebagai manusia (individu) dan sebagai anggota masyarakat (manusia sosial) , dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi – tingginya.
Menurut UU No2 Tahun 1985 Tujuan Pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu yang beriman dan dan bertagwa kepada tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan kerampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan berbangsa.

2.      KONFLIK SOSIAL DI SEKOLAH
a.       Pengertian Konflik Sosial
Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berinteraksi dengan sesamanya. Dalam berin-teraksi, setidaknya diwarnai dua hal, yaitu konflik dan kerjasama. Secara awam konflik sering diartikan sebagai percekcokan, perselisihan, dan pertentangan (Kamus besar Bahasa Indonesia (2002). Dalam arti yang lain konflik biasanya diberi pengertian sebagai satu bentuk perbedaan atau pertentangan ide, pendapat, faham dan kepentingan di antara dua pihak atau lebih. Pertentangan ini bisa berbentuk pertentangan fisik dan non-fisik, yang pada umumnya berkembang dari pertentangan non-fisik menjadi benturan fisik, yang bisa berkadar tinggi dalam bentuk kekerasan (violent), bisa juga berkadar rendah yang tidak menggunakan kekerasan (non-violent).
Secara sosiologis, konflik  diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Sebagai contoh Tawuran antar pelajar. Fenomena ini termasuk dalam kategori konflik. Konflik juga dimaknai sebagai suatu proses yang mulai bila satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negatif, atau akan segera mem-pengaruhi secara negatif, sesuatu yang diperhatikan oleh pihak pertama. Suatu ketidakcocokan belum bisa dikatakan sebagai suatu konflik bilamana salah satu pihak tidak memahami adanya ketidakcocokan tersebut (Robbins, 1996). Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Dan, ia dapat terjadi karena hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki atau merasa memiliki tujuan-tujuan yang tidak sejalan (Fisher, dalam Saputro, 2003).
Masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kelompok sosial atau menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan pokok anggota kelompok sosial tersebut sehingga terjadi kepincangan sosial.[3] Sedangkan jenis-jenis masalah sosial remaja adalah :
1.      Siswa tidak toleran dan bersikap superior.
2.      Kaku dalam bergaul.
3.      Peniruan buta terhadap teman sebaya.
4.      Kontrol orang tua.
5.      Perasaan yang tidak jelas terhadap dirinya atau orang lain.
6.      Kurang dapat mengendalikan diri dari rasa marah dan sikap permusuhannya.[4]

Bahaya yang umum dari ketidakmampuan penyesuaian diri siswa dengan lingkungan kelompok sosialnya dilihat sebagai berikut: Tidak bertanggung jawab, tampak dalam perilaku mengabaikan pelajaran, misalnya, untuk bersenang-senang dan mendapatkan dukunga sosial.
1.      Sikap yang sangat agresif dan sangat yakin pada diri sendiri.
2.      Perasaan tidak aman, yang menyebabkan siswa patuh mengikuti standar-standar kelompok.
3.      Perasaan menyerah.
4.      Terlalu banyak berkhayal untuk mengimbangi ketidakpuasan yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari.
5.      Mundur ketingkat perilaku yang sebelumnya agar supaya disenangi dan diperhatikan.[5]

Bahaya yang akan di hadapi siswa karena ketidakmampuannya dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya tidak hanya mengabaikan pelajarannya tapi mungkin siswa bisa melupakan tugas-tugas perkembangan yang harus dicapainya seperti mencapai kematangan dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mencapai kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat, mengembangkan penguasan ilmu, teknologi dan seni sesuai dengan program kurikulum dan persiapan karir atau melanjutkan pendidikan tinggi, serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas dan mencapai kematangan dalam pilihan karir.

b.      Faktor yang mempengaruhi konflik sosial di sekolah
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konflik sosial di sekolah, dapat kita lihat dari kondisi-kondisi yang menyebabkan diterima atau tidaknya siswa dalam  kelompok sosial, yaitu sebagai berikut:

Lanjut Baca: Klik Disini



Ditulis Oleh : Abdur Rouf Hari: 7:26 pm Kategori:

Comments
0 Comments

0 comments: