BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Masalah
Siswa
sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau
menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau
kemandirian mereka selalu melakukan interaksi sosial. Untuk mencapai kematangan
tersebut, siswa memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki
pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungan sosialnya, juga
pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu
keniscayaan bahwa proses perkembangan siswa tidak selalu berlangsung secara
mulus, atau bebas dari masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak
selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan
dan nilai-nilai yang dianut.
Perkembangan siswa tidak lepas dari
pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupun sosial. Sifat yang melekat pada
lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat
mempengaruhi gaya hidup (life style) warga masyarakat. Apabila perubahan
yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar jangkauan kemampuan, maka akan
melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku siswa, seperti terjadinya stagnasi
(kemandegan) perkembangan, masalah-masalah pribadi, sosial atau penyimpangan
perilaku.[1]
Siswa pada masa kini dalam hubunga
sosialnya lebih cenderung suka membuat sebuah “geng” dan masih suka mencari
sosok yang diidolakan, bahkan ada yang lebih membahayakan lagi yakni ikut
terlibat dalam tawuran. Terkait dengan masalah hubungan sosial yang dihadapi
siswa diperlukan satu pendidikan, yang mana pendidikan trsebut diharapkan dapat
mengatasi suatu permasalahan social tersebut.
2.
Rumusan
Masalah
a.
Pengertian
dan tujuan pendidikan?
b.
Pengertian
dan solusi konflik social di sekolah?
c.
Peran
Pendidikan dalam mengatasi Konflik social?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
PENDIDIKAN
a.
Pengertian
Pendidikan
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) pendidika adalah proses mengubah sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan penelitian. Dari pengertian diatas terlihat bahwa melalui pendidikan, orang
mengalami perubahan sikap dan tata laku,
orang berproses menjadi dewasa, menjadi matang dalam sikap dan tata laku.
Proses pendewsaan ini dilakukan melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dari
Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut juga dipahami bahwa pendidikan merupakan
proses, cara dan perbuatan mendidik.[2]
Dlm UU. SISDIKNAS No. 20 thn
2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yg diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
b.
Tujuan
Pendidikan
Tujuan Pendidikan akan menentukan
kearah mana anak didik akan dibawa. Disamping itu pendidikan berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia.
Tujuan pendidikan dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu menurut islam dan
tujuan pendidikan secara umum
Tujuan pendidikan islam adalah
mendekatkan diri kita kepada Allah dan pendidikan islam lebih mengutamakan
akhlak. Secara lebih luas pendidikan islam bertujuan untuk : Pembinaan Akhlak,
Penguasaan Ilmu, Keterampilan bekerja dalam masyarakat, Mengembangkan akal dan
Akhlak, Pengajaran Kebudayaan, Pembentukan kepribadian, Menghambakan diri
kepada Allah, Menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan akhirat
Sedangkan tujuan umum pendidikan
Menurut kohnstamm dan gunning adalah untuk membentuk insan kamil atau manusia
sempurna. Sedangkan menurut kihajar dwantara, tujuan akhir pendidikan ialah
agar anak sebagai manusia (individu) dan sebagai anggota masyarakat (manusia
sosial) , dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi – tingginya.
Menurut UU No2 Tahun 1985 Tujuan
Pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang
seutuhnya yaitu yang beriman dan dan bertagwa kepada tuhan yang maha esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan kerampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan berbangsa.
2.
KONFLIK
SOSIAL DI SEKOLAH
a.
Pengertian
Konflik Sosial
Sebagai makhluk sosial, manusia
selalu berinteraksi dengan sesamanya. Dalam berin-teraksi, setidaknya diwarnai
dua hal, yaitu konflik dan kerjasama. Secara awam konflik sering diartikan
sebagai percekcokan, perselisihan, dan pertentangan (Kamus besar Bahasa
Indonesia (2002). Dalam arti yang lain konflik biasanya diberi pengertian
sebagai satu bentuk perbedaan atau pertentangan ide, pendapat, faham dan
kepentingan di antara dua pihak atau lebih. Pertentangan ini bisa berbentuk
pertentangan fisik dan non-fisik, yang pada umumnya berkembang dari
pertentangan non-fisik menjadi benturan fisik, yang bisa berkadar tinggi dalam
bentuk kekerasan (violent), bisa juga berkadar rendah yang tidak menggunakan
kekerasan (non-violent).
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara
dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Sebagai contoh Tawuran antar pelajar. Fenomena ini termasuk dalam kategori
konflik. Konflik juga dimaknai sebagai suatu proses yang mulai bila satu pihak
merasakan bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negatif, atau akan segera
mem-pengaruhi secara negatif, sesuatu yang diperhatikan oleh pihak pertama.
Suatu ketidakcocokan belum bisa dikatakan sebagai suatu konflik bilamana salah
satu pihak tidak memahami adanya ketidakcocokan tersebut (Robbins, 1996). Tidak
satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau
dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan
hilangnya masyarakat itu sendiri. Dan, ia dapat terjadi karena hubungan antara
dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki atau merasa
memiliki tujuan-tujuan yang tidak sejalan (Fisher, dalam Saputro, 2003).
Masalah sosial adalah suatu
ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang
membahayakan kelompok sosial atau menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan
pokok anggota kelompok sosial tersebut sehingga terjadi kepincangan sosial.[3]
Sedangkan jenis-jenis masalah sosial remaja adalah :
1.
Siswa
tidak toleran dan bersikap superior.
2.
Kaku
dalam bergaul.
3.
Peniruan
buta terhadap teman sebaya.
4.
Kontrol
orang tua.
5.
Perasaan
yang tidak jelas terhadap dirinya atau orang lain.
6.
Kurang
dapat mengendalikan diri dari rasa marah dan sikap permusuhannya.[4]
Bahaya yang umum dari ketidakmampuan
penyesuaian diri siswa dengan lingkungan kelompok sosialnya dilihat sebagai
berikut: Tidak bertanggung jawab, tampak dalam perilaku mengabaikan pelajaran,
misalnya, untuk bersenang-senang dan mendapatkan dukunga sosial.
1.
Sikap
yang sangat agresif dan sangat yakin pada diri sendiri.
2.
Perasaan
tidak aman, yang menyebabkan siswa patuh mengikuti standar-standar kelompok.
3.
Perasaan
menyerah.
4.
Terlalu
banyak berkhayal untuk mengimbangi ketidakpuasan yang diperoleh dari kehidupan
sehari-hari.
5.
Mundur
ketingkat perilaku yang sebelumnya agar supaya disenangi dan diperhatikan.[5]
Bahaya yang akan di hadapi siswa
karena ketidakmampuannya dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya
tidak hanya mengabaikan pelajarannya tapi mungkin siswa bisa melupakan
tugas-tugas perkembangan yang harus dicapainya seperti mencapai kematangan dalam
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mencapai kematangan
pertumbuhan jasmaniah yang sehat, mengembangkan penguasan ilmu, teknologi dan
seni sesuai dengan program kurikulum dan persiapan karir atau melanjutkan
pendidikan tinggi, serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas
dan mencapai kematangan dalam pilihan karir.
b.
Faktor
yang mempengaruhi konflik sosial di sekolah
Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya konflik sosial di sekolah, dapat kita lihat dari kondisi-kondisi
yang menyebabkan diterima atau tidaknya siswa dalam kelompok sosial, yaitu sebagai berikut:
Lanjut Baca: Klik Disini
Lanjut Baca: Klik Disini