oleh: Abdur Rouf
A.
Latar Belakang Masalah
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang
bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru
dan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan
pembelajaran yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah
dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar melakukan kegiatan
pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna
kepentingan pengajaran.
Harapan yang tidak pernah sirna dan
selalu guru tuntut adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat
dikuasai anak didik secara tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang
dirasakan oleh guru. Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai
individu dengan segala keunikannya, tetapi mereka juga sebagai makhluk social
dengan latar belakang yang berbeda. Paling sedikit ada tiga aspek yang
membedakan anak didik satu dengan yang lainnya, yaitu aspek intelektual,
psikologis, dan biologis.
Ketiga aspek tersebut diakui sebagai
akar permasalahan yang melahirkan bervariasinya sikap dan tingkah laku anak didik
disekolah. Hal itu pula yang menjadikan berat tugas guru dalam menglola kelas
dengan baik. Keluhan-keluhan guru sering terlontar hanya karena masalah
sukarnya mengelola kelas. Akibat kegagalan guru mengelola kelas,tujuan
pengajaran pun sukar untuk dicapai. Hal ini kiranya tidak perlu terjadi, karena
usaha yang dapat dilakukan masih terbuka lebar. Salah satu caranya adalah
dengan meminimalkan jumlah anak didik di kelas. Mengaplikasikan beberapa
prinsip pengelolaan kelas. Kelas adalah upaya lain yang tidak bisa diabaikan
begitu saja. Pendekatan terpilih mutlak dilakukan guna mendukung pengelolaan kelas.
Disamping itu juga, perlu memanfatkan beberapa media pendidikan yang telah ada
dan mengupayakan pengadaan media pendidikan baru demi terwujudnya tujuan
bersama.
Dalam suatu proses belajar mengajar,
metode mengajar dan media pembelajaran menjadi sangat penting. Kedua aspek ini
saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan
mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai
aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media pembelajaran, antara
lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respons yang diharapkan, termasuk
karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi
utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut
mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan
oleh guru.
Pemakaian media pembelajaran dalam
proses belajar mengajar dapat membangkitkan minat dan keinginan yang baru,
motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh
psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi
pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian
pesan dan isi pelajaran pada saat itu, sehingga yang menjadi tujuan dari
pembelajaran bisa tercapai secara maksimal.
Seiring dengan ini Rasulullah juga
menggunakan media dalam mengadakan proses pembelajaran dan pendidikan. Akan
dibahas lebih lanjut dalam pembahasan hadist ini, media yang digunakan beliau
adalah anggota badan beliau sendiri (tangan, lidah, jari) dan media lainnya
(langit,bumi,matahari, bulan,dan mimbar). Pentingnya menggunakan media dalam
pembelajaran adalah agar tercapainya tujuan pembelajaran dengan baik, karena
media juga dapat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan
dan isi pelajaran pada peserta didiknya.
B.
Pendidikan Islam pada Masa Rosululloh SAW
Pendidikan islam pada masa Rasulullah dapat
dibedakan menjadi 2 periode:
1.
Pendidikan Islam
Pada Masa Rasulullah di Makkah
Nabi Muhammad SAW
menerima wahyu yang pertama di Gua Hira di Makkah pada tahun 610 M.dalam wahyu
itu termaktub ayat al-qur’an yang artinya: “Bacalah (ya Muhammad) dengan nama
tuhanmu yang telah menjadikan (semesta alam). Dia menjadikan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmu maha pemurah. Yang mengajarkan dengan
pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya.[1]
Kemudian disusul oleh
wahyu yang kedua termaktub ayat al-qur’an yang artinya: Hai orang yang berkemul
(berselimut). Bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan
pakaianmu bersihkanlah. dan perbuatan dosa tinggalkanlah. dan janganlah kamu
member (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. dan untuk
(memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.[2]
Dengan turunnya wahyu
itu Nabi Muhammad SAW telah diberi tugas oleh Allah, supaya bangun melemparkan
kain selimut dan menyingsingkan lengan baju untuk member peringatan dan
pengajaran kepada seluruh umat manusia, sebagai tugas suci, tugas mendidik dan
mengajarkan islam.kemudian kedua wahyu itu diikuti oleh wahyu-wahyu yang lain.
Semuanya itu disampaikan dan diajarkan oleh Nabi, mula-mula kepada karib
kerabatnya dan teman sejawatnya dengan sembunyi-sembunyi.
Setelah banyak orang
memeluk islam, lalu Nabi menyediakan rumah Al- Arqam bin Abil Arqam untuk
tempat pertemuan sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya. di tempat itulah
pendiikan islam pertama dalam sejarah pendidian islam.disanalah Nabi
mengajarkan dasar-dasar atau pokok-pokok agama islam kepada sahabat-sahabatnya
dan membacakan wahyu-wahyu (ayat-ayat) alqur’an kepada para pengikutnya serta
Nabi menerima tamu dan orang-orang yang hendak memeluk agama islam atau
menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan agama islam. Bahkan disanalah Nabi
beribadah (sholat) bersama sahabat-sahabatnya.[3]
Lalu turunlah wahyu
untuk menyuruh kepada Nabi, supaya menyiarkan agama islam kepada seluruh
penduduk jazirah Arab dengan terang-terangan. Nabi melaksanakan tugas itu
dengan sebaik-baiknya. Banyak tantangan dan penderitaan yang diterima Nabi dan
sahabat-sahabatnya. Nabi tetap melakukan penyiaran islam dan mendidik
sahabat-sahabatnya dengan pendidikan islam.
Dalam masa pembinaan
pendidikan agama islam di Makkah Nabi Muhammad juga mengajarkan alqur’an karena
al-qur’an merupakan inti sari dan sumber pokok ajaran islam. Disamping itu Nabi
Muhamad SAW, mengajarkan tauhid kepada umatnya.[4]
Intinya pendidikan dan
pengajaran yang diberikan Nabi selama di Makkah ialah pendidikan keagamaan dan
akhlak serta menganjurkan kepda manusia, supaya mempergunakan akal pikirannya
memperhatikan kejadian manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam semesta seagai
anjuran pendidikan ‘akliyah dan ilmiyah.
Mahmud Yunus dalam
bukunya Sejarah Pendidikan Islam, menyatakan bahwa pembinaan pendidikan islam
pada masa Makkah meliputi:
1)
Pendidikan
Keagamaan
Yaitu hendaklah membaca dengan nama
Allah semata jangan dipersekutukan dengan nama berhala.
2)
Pendidikan
Akliyah dan Ilmiah
Yaitu mempelajari kejadian manusiadari
segumpal darah dan kejadian alam semesta.
3)
Pendidikan
Akhlak dan Budi pekerti
Yaitu Nabi Muhammad SAW mengajarkan
kepada sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid.
4)
Pendidikan
Jasmani atau Kesehatan.
Yaitu mementingkan kebersihan pakaian,
badan dan tempat kediaman.[5]
2.
Pendidikan Islam
pada masa Rasulullah di Madinah
Berbeda dengan periode
di Makkah, pada periode Madinah islam merupakan kekuatan politik. Ajaran islam
yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi
Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga
sebagai kepala Negara.
Cara Nabi melakukan
pembinaan dan pengajaran pendidikan agaam islam di Madinah adalah sebagai
berikut:
a)
Pembentukan dan
pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik.
Nabi Muhammad SAW mulai
meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat yang bersatu padu secara intern
(ke dalam), dan ke luar diakui dan disegani oleh masyarakat lainnya (sebagai
satu kesatuan politik). Dasar-dasar tersebut adalah:
1)
Nabi Muhammad
saw mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan pertentangan anatr suku, dengan
jalan mengikat tali persaudaraan diantara mereka.nabi mempersaudarakan dua-dua
orang, mula-mula diantara sesama Muhajirin, kemudian diantara Muhajirin dan
Anshar. Dengan lahirnya persaudaraan itu bertambah kokohlah persatuan kaum
muslimin.[6]
2)
Untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, Nabi Muhammad menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk
berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing
seperti waktu di Makkah.
3)
Untuk menjalin
kerjasama dan saling menolong dlam rangka membentuk tata kehidupan masyarakat
yang adil dan makmur, turunlah syari’at zakat dan puasa, yang
merupakanpendidikan bagi warga masyarakat dalam tanggung jawab sosial, bnaik
secara materil maupun moral.
4)
Suatu
kebijaksanaan yang sangat efektif dalam pembinaan dan pengembangan masyarakat
baru di Madinah, adalah disyari’atkannya media komunikasi berdasarkan wahyu,
yaitu shalat juma’t yang dilaksanakan secara berjama’ah dan adzan. Dengan
sholat jum’at tersebut hampir seluruh warga masyarakat berkumpul untuk secara
langsung mendengar khutbah dari Nabi Muhammad SAW dan shalat jama’ah jum’at. Rasa
harga diri dan kebanggaan sosial tersebut lebih mendalam lagi setelah Nabi
Muhammad SWA menapat wahyu dari Allah untuk memindahkan kiblat dalam shalat
dari Baitul Maqdis ke Baitul Haram Makkah, karena dengan demikian mereka merasa
sebagai umat yang memiliki identitas.[7]
Setelah selesai Nabi Muhammad mempersatukan kaum
muslimin, sehingga menjadi bersaudara, lalu Nabi mengadakan perjanjian dengan
kaum Yahudi, penduduk Madinah. Dalam perjanjian itu ditegaskan, bahwa kaum
Yahudi bersahabat dengan kaum muslimin, tolong- menolong , bantu-membantu,
terutama bila ada seranga musuh terhadap Madinah. Mereka harus memperhatikan
negri bersama-sama kaum Muslimin, disamping itu kaum Yahudi merdeka memeluk
agamanya dan bebas beribadat menurut kepercayaannya. Inilah salah satu
perjanjian persahabatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.[8]
C.
Media Pembelajaran Rosullulloh SAW
a. Menggunakan gambar
حَدَّثَنَا
صَدَقَةُ بْنُ الْفَضْلِ: أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيْدٍ، عَنْ سُفْيَانَ
قَالَ: حَدَّثَنِي
أَبِيْ، عَنْ مُنْذِرٍ، عَنْ رَبِيْعٍ بْنِ خُثَيْمٍ، عَنْ عَبْدِ الله رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ قَالَ: خَطَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا مُرَبَّعًا، وَخَطًّ خَطًّا فِي الْوَسَطِ خَارِجًا
مِنْهُ، وَخَطَّ خُطُطًا صِغَارًا إِلَى هَذَا الَّذِي فِي الْوَسَطِ مِنْ
جَانِبِهِ الَّذِيْ فِي الْوَسَطِ، وَقَالَ: (هَذَا الْإِنْسَانُ، وَهَذَا أَجَلُهُ
مُحِيْطٌ بِهِ - أَوْ: قَدْ أَحَاطَ بِهِ - وَهَذَا الَّذِيْ هُوَ خَارِجُ
أَمْلُهُ، وَهَذِهِ الْخُطَطُ الصِّغَارُ الْأَعْرَاضُ، فَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا
نَهَشَهُ هَذَا، وَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا نَهَشَهُ هَذَا).(رواه البخاري)[9]
Artinya:
“Telah menceritakan pada kami Sodaqoh bin Fadhil, telah
memberikan kabar kepadaku Yahya bin Sa’id dari Sofyan, beliau bersabda: Telah
menceritakan kepadaku bapak ku dari Mundzir dari Robi’ bin Khusein dan Abdullah
R.A, Beliau bersabda: Nabi SAW pernah membuat garis (gambar) persegi empat dan
membuat suatu garis lagi di tengah-tengah sampai keluar dari batas(persegi
empat), kemudian beliau membuat banyak garis kecil yang mengarah ke garis
tengah dari sisi-sisi garis tepi, lalu beliau bersabda: Beginilah gambaran
manusia. Garis persegi empat ini adalah ajal yang pasti bakal menimpanya,
sedang garis yang keluar ini adalah angan-angannya, dan garis-garis kecil ini
adalah berbagai cobaan dan musibah yang siap menghadangnya. Jika ia terbebas
dari cobaan yang satu, pasti akan tertimpa cobaan lainnya,jika ia
terbebas dari cobaan yang satunya lagi, pasti akan tertimpa cobaan lainnya
lagi. (HR.Imam Bukhori).
Nabi SAW menjelaskan garis lurus yang terdapat di dalam
gambar adalah manusia, gambar empat persegi yang melingkarinya
adalah ajalnya, satu garis lurus yang keluar melewati gambar
merupakan harapan dan angan-angannya sementara garis-garis
kecil yang ada disekitar garis lurus dalam gambar adalah musibah yang
selalu menghadang manusia dalam kehidupannya di dunia.
Dalam gambar ini Nabi SAW menjelaskan tentang hakikat
kehidupan manusia yang memiliki harapan, angan-angan dan cita-cita yang jauh ke
depan untuk menggapai segala yang ia inginkan di dalam kehidupan yang fana ini,
dan ajal yang mengelilinginya yang selalu mengintainya setiap saat sehingga
membuat manusia tidak mampu menghindar dari lingkaran ajalnya, sementara itu
dalam kehidupannya, manusia selalu menghadapi berbagai musibah yang mengancam
eksistensinya, jika ia dapat terhindar dari satu musibah, musibah lainnya siap
menghadang dan membinasakannya, artinya setiap manusia tidak mampu menduga atau
menebak kapan ajal akan menjemputnya.[10]
Secara tidak langsung Nabi SAW memberikan nasehat pada
mereka untuk tidak (sekedar melamun) berangan-angan panjang saja (tanpa
realisasi), dan mengajarkan pada mereka untuk mempersiapkan diri menghadapi
kematian.
Hadits ini menunjukan kepada kita betapa Rasulullah SAW
seorang pendidik yang sangat memahami metode yang baik dalam menyampaikan
pengetahuan kepada manusia, beliau menjelaskan suatu informasi melalui gambar
agar lebih mudah dipahami dan diserap oleh akal dan jiwa.
Lanjut Baca: Klik Disini
Lanjut Baca: Klik Disini