A.
Latar belakang masalah
Manusia adalah makhluk yang diciptakan
allah dengan beberapa kelebihan antara lain mempunyai akal. Dengan akal yang
dimilikinya manusia mampu menciptakan peradaban untuk meningkatkan
kesejahteraan hidupnya yang berlangsung secara terus menerus dari generasi ke
generasi.
Dalam perjalanan sejarahnya, manusia
telah memasuki peradaban modern yang lahir dari dunia barat (Eropa). Peradaban
modern identik dengan kehidupan keserbabendaan. Sedangkan modernisasi merupakan
ciri peradaban maju yang dalam sosiologi berkonotasi perubahan sosial
masyarakat yang kurang maju untuk mencapai tahap yang telah dialami oleh
masyarakat maju.[1]
Modernisasi berasal dari barat, yaitu
sejak berakhirnya abad XVI. Pada zaman pertengahan ini otoritas kebenaran
dipegang oleh gereja katolik, karena paham gereja bertentangan dengan pendapat
para pemikir baru, maka muncullah suatu gerakan baru, yang disebut dengan
Renaissance. Yaitu suatu gerakan dimana manusia merasa dilahirkan kembali dalam
peradaban, yaitu merindukan peradaban yunani dan romawi. Zaman kebangkitan
inilah yang disebut permulaan zaman modern.
Sedangkan modernisasi merupakan proses
menuju kemodernan, sebagai tolok ukurnya adalah kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Maka modernisasi cenderung meninggalkan nilai-nilai lama
(tradisional) dan diganti dengan nilai-nilai baru (modern).
Berbagai hambatan ilmiah dapat diatasi,
begitu pula kesulitan-kesulitan dapat ditanggulangi. Teknologi dapat memberikan
banyak pilihan dalam memenuhi berbagai aspek kebutuhan hidup manusia. Dengan
kata lain, dilihat dari aspek material merupakan prestasi yang telah dicapai
oleh peradaban manusia saat ini. Kemajuan tersebut telah memungkinkan manusia
menikmati suatu gaya hidup yang penuh kemilau.[2]
Berbagai kemudahan yang disodorkan oleh
modernisasi contohnya perkembangan teknologi informasi seperti facebook, email,
twitter, friendster, MRC dan jejaring social lainnya memberikan fasilitas
kenyaman pengguna untuk mengakses informasi yang ada di dunia hanya dalam
hitungan detik. Pada suatu sisi lain jejaring sosial ada sisi negatifnya
seperti mengurangnya kinerja, berkurangnya perhatian terhadap keluarga,
tergantikannya kehidupan social dan masih banyak lainnya dampak negative dari
penggunaan teknologi informasi yang disalah gunakan.
Melemahnya peran agama menjadi salah
satu penyebab perilaku negatif dalam peradaban modern. Hal ini disebabkan
karena agama dianggap tidak memiliki kontribusi langsung bagi upaya mengejar
kehidupan fisik-material.[3]
Manusia tidak lagi percaya pada tuhan yang tercermin dalam sifat masabodoh,
ragu-ragu sampai pada anti sama sekali dengan keberadaan tuhan. Maka hal yang
dibutuhkan untuk menjawab permasalahan ini yakni dengan memberikan pendidikan
akhlak terhadap anak mulai dini agar bisa membentengi diri mereka dengan
akhlakul karimah, sehingga tidak terjerumus dalam derasnya arus gobalisasi.
Terdapat banyak factor yang menyebabkan
kemrosotan akhlak dewasa ini, antara lain kurang tertanamnya jiwa agama pada
tiap-tiap orang dalam masyarakat, pendidikan akhlak tidak terlaksana
sebagaimana mestinya baik dirumah, sekolah maupun di masyarakat, kurang adanya
bimbingan untuk mengisi waktu luang dengan cara yang baik dan yang membawa
pembinaan akhalak dan lain sebagainya.[4]
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa
pendidikan akhlak itu sangat penting dan betapa besar bahaya yang terjadi
akibat kemrosotan akhlak. Dengan cara memperkuat penanaman akhlak dalam diri
remaja dan masyarakat merupakan senjata yang paling ampuh untuk memerangi kemrosotan
akhlak terutama yang disebabkan oleh perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka dapat ditarik rumusan masalah, sebagai berikut:
1. Bagaimana
peran pendidikan akhlak dalam mengatasi dampak negatif perkembangan internet.
2. Apa
saja bentuk pengembangan nilai-nilai pendidikan akhlak yang dikembangkan di MAN
Yogyakarta I untuk mengatasi dampak negatif perkembangan internet.
C. Tujuan dan kegunaan penelitian
1. Tujuan
penelitian
a. Untuk
mengetahui bagaimana peran pendidikan akhlak dalam mengatasi pengaruh dampak perkembangan
internet.
b. Untuk
mengetahui Apa saja bentuk pengembangan nilai-nilai pendidikan akhlak yang
dikembangkan di MAN Yogyakarta I untuk mengatasi dampak negatif perkembangan
internet.
2. Kegunaan
penelitian
a. Sebagai
sumbangan pemikiran pendidikan akhlak dalam menghadapi perkebangan teknologi
informasi (internet).
b. Sebagai
bahan pertimbangan dan sumber data dalam mengembangkan pendidikan akhlak dalam
menghadapi perkembangan teknologi informasi (internet).
D. Kajian Pustaka
Beberapa hasil penelitian sebelumnya
yang ada hubungannya dengan skripsi ini, antara lain dalam skripsinya Muhammad
Amin yang berjudul “Pendidikan Islam
Sebagai Alternatif Dalam Mengatasi Modernisasi (Antisipasi tantangan peradaban
masa kini), mengungkapkan bahwa pendidikan islam harus dapat mengembangkan
kecerdasan manusia dalam bidang IPTEK yang dapat dijadikan senjata dalam
menghadapi dan mengatasi segala tantangan, baik dimasa kini maupun dimasa yang
akan datang . pendidikan juga harus dapat mengembangkan dan menumbuhkan
keimanan dan ketaqwaan kepada allah swt, sehingga manusia akan mampu menerapkan
IPTEK sebahai media atau sarana untuk beribadah kepada allah.
Kemudian dalam buku karya M. Rusli Karim
yang berjudul “Agama, Modernisasi dan
Skularisasi” mengungkap tentang kecenderungan manusia modern mengarah
kepada kehidupan keserba bendaan (material). Sedangkan agama hampir dapat
dipastikan akan mengalami dampak yang cukup mengancam kelangsungan hidupnya.
Penulis buku ini mengajukan beberapa solusi yang dapat digunakan agar manusia
dapat menempatkan diri secara lebih arif dalam proses globalisasi, modernisasi
atau industrialisasi, sehingga julukan sebagai manusia sosio-religius dapat
dipertahankan.
Sementara penelitian yang akan dilakukan
lebih memfokuskan pembahasannya pada peran pendidikan akhlak dalam mengatasi
dampak negatif dari perkembangan teknologi informasi.
E. Landasan Teori
1. Pengertian pendidikan akhlak
Dalam pendidikan islam yang paling utama
dan harus dapat perhatian besar adalah pendidikan akhlak, sebagaimana telah
dikatakan oleh pakar pendidikan M. Athiyah al-Abrosy, yaitu bahwa pembentuukan
akhlak yang tinggi andalah merpakan tujuan utama dari pendidikan islam.[5]
Secara
etimologi, pengertian pendidikan yang diberikan oleh ahli. John Dewey, seperti
yang dikutip oleh M. Arifin menyatakan bahwa pendidikan adalah sebagai suatu
proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya
pikir (intelektual)maupun daya perasaan (emosional) menuju
ke arah tabiat manusia dan manusia biasa.[6]
Pendidikan
pada dasarnya adalah usaha sadar yang diarahkan untuk mematangkan potensi
fitrah manusia, agar setelah tercapai kematangan itu, ia mampun memerankan diri
sesuai dengan amarah yang disandangnya, serta mampu mempertanggung jawabkan
pelaksanaan kepada Sang Pencipta. Kematangan di sini dimaksudkan sebagai
gambaran dari tingkat perkembangan optimal yang dicapai oleh setiap potensi
fitrah manusia.[7]
Dalam
Islam, pada mulanya pendidikan disebut dengan kata “ta’dib”.
Kata “ta’dib” mengacu kepada pengertian yang lebih tinggi dan
mencakup seluruh unsur-unsur pengetahuan (‘ilm), pengajaran (ta’lim) dan
pengasuhan yang baik (tarbiyah). Akhirnya, dalam perkembangan
kata-kata “ta’dib” sebagai istilah pendidikan hilang dari
peredarannya, sehingga para ahli didik Islam bertemu dengan istilah at
tarbiyah atau tarbiyah, sehingga sering disebut tarbiyah.
Sebenarnya kata ini asal katanya adalah dari “Rabba-Yurobbi-Tarbiyatan” yang
artinya tumbuh dan berkembang.[8]
Menurut Rahmat Djatnika, bahwa pengertian akhlak
dapat dibedakan menjadi dua macam, di antaranya menurut etimologi kata akhlak
berasal dari bahasa Arab (ا خلا ق)
bentuk jamak dari mufrodnya khuluq (خلق),
yang berarti budi pekerti. Sinonimnya adalah etika dan moral. Etika berasal
dari bahasa Latin, etos yang berarti kebiasaan. Moral
berasal dari bahasa Latin juga, mores yang juga berarti kebiasaan. Sedangkan
menurut terminolog, kata budi pekerti terdiri dari kata “budi” dan “pekerti”.
Budi adalah yang ada pada manusia, yang berhubungan dengan kesadaran, yang
didorong oleh pemikiran, rasio yang disebut karakter. Pekerti adalah apa yang
terlihat pada manusia, karena didorong oleh perasaan hati yang disebut dengan behaviour. Jadi, budi pekerti merupakan
perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah
laku manusia.[9]
Menurut Abuddin Nata, akhlak adalah perbuatan yang
dilakukan dengan mendalam dan tanpa pemikiran, namun perbuatan itu telah
mendarah daging dan melekat dalam jiwa, sehingga saat melakukan perbuatan tidak
lagi memerlukan pertimbangan dan pemikiran.[10]
Setelah dijelaskan secara terpisah mengenai
pengertian pendidikan dan pengertian akhlak, maka dapat disimpulkan bahwa
pendidikan akhlak adalah pendidikan mengenai dasar-dasar akhlak dan keutamaan
perangai, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak
masa analisa sampai ia menjadi seorang mukallaf, seseorang yang telah siap
mengarungi lautan kehidupan. Ia tumbuh dan berkembang dengan berpijak pada
landasan iman kepada Allah dan terdidik untuk selalu kuat, ingat bersandar,
meminta pertolongan dan berserah diri kepada-Nya, maka ia akan memiliki potensi
dan respon yang instingtif di dalam menerima setiap keutamaan dan kemuliaan. Di
samping terbiasa melakukan akhlak mulia.
Atau suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan
disengaja untuk memberikan bimbingan, baik jasmani maupun rohani, melalui
penanaman nilai-nilai Islam, latihan moral, fisik serta menghasilkan perubahan
ke arah positif, yang nantinya dapat diaktualisasikan dalam kehidupan, dengan
kebiasaan bertingkah laku, berpikir dan berbudi pekerti yang luhur menuju
terbentuknya manusia yang berakhlak mulia, di mana dapat menghasilkan perbuatan
atau pengalaman dengan mudah tanpa harus direnungkan dan disengaja atau tanpa
adanya pertimbangan dan pemikiran, yakni bukan karena adanya tekanan, paksaan
dari orang lain atau bahkan pengaruh-pengaruh yang indah dan pebuatan itu harus
konstan (stabil) dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sering sehingga
dapat menjadi kebiasaan.
2. Pengertian Teknologi Internet
Teknologi
adalah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan
alat dan akal sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat, atau membuat
lebih ampuh anggota tubuh, panca indera, dan otak manusia.
Sedangkan
internet atau interconnection and networking adalah sebuah sistem
komunikasi global yang menghubungkan komputer-komputer dan jaringan-jaringan
komputer di seluruh dunia.[11] Atau
dengan kata lain, internet adalah jaringan global yang menghubungkan jutaan
komputer di seluruh dunia, dimana komputer yang tersambung di internet
menyediakan informasi yang terbuka untuk umum sehingga pemakai internet akan
dapat menghubungi banyak komputer kapan saja dan dimana saja untuk mengirim
berita, memperoleh informasi ataupun mentrasfer data.
Sehubungan
dengan luasnya cakupan dari internet dari pembahasan internet ini, maka
peneliti akan memfokuskan penelitian pada Internet Sebagai Alat Komunikasi. Selain
berperan sebagai sumber informasi
internet juga merupakan seuah alat komunikasi. Beberapa fasilitas yang
ditawarkan internet sebagai alat komunikasi, antara lain:
a.
Email
Email atau electronik mail (surat elektronik) memiliki persamaan fungsi
dengan pos atau giro. Perbedaan antara keduanya teretak pada media penyimpanan
pesan.
b.
Mailing List (milis)
Mailing list merupakan perluasan penggunaan email dengan fasilitas ini
pengguna yang telah memiliki alamat email bisa bergabung dalam suatu kelompok
diskusi. Komunikasi melalui milis ini memiliki sifat yang sama dengan email
yaitu bersifat un-real time.
c.
Chatting
Internet Relay Chat atau IRC yang sering disebut dengan Chat atau
Chatting adalah forum diskusi online para pengguna internet dengan menggunakan
tulisan sebagai alat untuk berdiskusi. Program yang sering digunakan untuk
chatting ini adalah mIRC atau Yahoo Messenger.
d.
Jejaring sosial
Jejaring sosial merupakan sebuah trobosan baru dalam mencari teman atau
relasi baru. Ada beberapa bentuk jejaring sosial yang sering digunakan pada
saat ini. Misal : facebook, twitter friendster, BBM, WhatsUp.
3.
Dampak positif dan negatif akibat
perkembangan teknologi internet
Di bawah ini akan
dijelaskan dampak-dampak positif maupun negatif dari penggunaan internet :
a.
Dampak Positif
1)
Internet sebagai media
komunikasi merupakan fungsi internet yang paling banyak digunakan dimana
setiap pengguna internet dapat berkomunikasi dengan pengguna lainnya dari
seluruh dunia.
2)
Media pertukaran data dengan menggunakan
email, newsgroup, ftp dan www (world wide web – jaringan situs-situs web) para
pengguna internet di seluruh dunia dapat saling bertukar informasi dengan cepat
dan murah.
3)
Media untuk mencari
informasi atau data perkembangan internet yang pesat, menjadikan www sebagai
salah satu sumber informasi yang penting dan akurat.
4)
Kemudahan memperoleh
informasi yang ada di internet sehingga kita tahu apa saja yang
terjadi.
5)
Bisa
digunakan sebagai lahan informasi untuk bidang pendidikan, kebudayaan,
dan lain-lain.
6)
Kemudahan bertransaksi
dan berbisnis dalam bidang perdagangan sehingga tidak perlu pergi menuju ke
tempat penawaran/penjualan.
b.
Dampak Negatif
1)
Pornografi anggapan yang mengatakan
bahwa internet identik dengan pornografi, memang tidak salah. Dengan kemampuan
penyampaian informasi yang dimiliki internet, pornografi pun merajalela.
2)
Penipuan hal ini memang
merajalela di bidang manapun. Internet pun tidak luput dari serangan penipu.
3)
Bisa membuat seseorang
kecanduan terutama yang menyangkut pornografi dan dapat menghabiskan
uang karena hanya untuk melayani kecanduan tersebut. Jadi internet tergantung
pada pemakainya bagaimana cara mereka dalam menggunakan teknologi itu, namun
semestinya harus ada batasan-batasan dan norma-norma yang harus mereka pegang
teguh walaupun bersentuhan dengan internet atau di dalam dunia maya.
F.
Metode Penelitian
Adapun dalam penelitian ini, peneliti akan
menggunakan metode berikut ini:
1.
Jenis penelitian
Penelitian
ini dikategorikan pada jenis penelitian lapangan field Research) yang bersifat
kualitatif dengan metode deskriptif. Alas an mengapa memilih metode ini karena
karena penelitian ini bertujuan memperoleh informasi tentang peran pendidikan
akhlak untuk mengatasi dampak negative pengunaan internet di MAN Yogyakarta I.
2.
Subjek penelitian
Yang dimaksud dengan metode penentuan subyek
salam penelitian ini adalah usaha penentuan sumber data, artinya darimana data
penelitian diperoleh. Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah:
a.
Kepala sekolah
b.
Waka kurikulum, waka sarana dan prasarana dan waka kesiswaan.
c.
Guru IT MAN Yogyakarta I
d.
Guru Akidah
Akhlaq MAN Yogyakarta I
e. Siswa kelas X dan XI MAN Yogyakarta I. Cara
penentuan subjeknya dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu
penentuan subjek berdasarkan tujuan penelitian.
3.
Metode pengumpulan data
Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa atau
hal atau keterangan-keterangan atau karakteristik-karakteristik sebagian atau
seluruh elemen populasi yang menunjang atau mendukung penelitian.
Untuk memperoleh data yang diharapkan dalam penelitian ini, maka akan
menggunakan metode sebagai berikut:
a.
Metode observasi
Metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan data
tentang seluk beluk madrasah dan seluruh pihak madrasah serta data penggunaan
internet oleh siswa, sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan informasi
dari segaa sumber.
b.
Metode wawancara (interview)
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh
keterangan, tanggapan dan pendapat secara lisan dari narasumber, guna
memperoleh data falid langsung dari kepala madrasah, guru, waka kurikulum dan
siswa MAN Yogyakarta I tentang pola penggunaan media internet dalam
pembelajaran.
c.
Metode Dokumentasi
Metode ini dugunakan untuk mengumpulkan
dokumen-dokumen yang berisi penggunaan dan pemanfaatan media internet siswa MAN
Yogyakarta I.
DAFTAR PUSTAKA
al-Abrosyi, M. Athiyah. 1970. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta:
Bulan Bintang.
Arifin, M. 2000. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara.
Djatnika, Rahmat. 1994. Sistem Ethika Islami (Akhlak
Mulia). Jakarta : Balai Pustaka.
Drajat, Zakiyah. 1977. Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang.
Jalaluddin. 2001. Teologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Karim,M. Rusli. 1994. Agama, Modernisasi dan Skularisasi. Yogyakarta: Tiara Wacana
Nata, Abuddin. 1997. Akhlak Tasawuf. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada.
Syafrizal, Melwin. 2005. Pengantar Jaringan
Komputer. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Zuhairini, dkk. 1993. Metodologi Pendidikan Agama. Bandung
: Ramadhani.
[1]
M. Rusli Karim, Agama, Modernisasi dan
Skularisasi, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994), hlm. 114
[2]
Ibid, hlm. 120
[3]
Ibid. hlm, 116
[4]
Zakiyah Drajat, Membina Nilai-nilai Moral
di Indonesia, (Jakarrta: Bulan Bintang, 1977), hlm. 13
[5] M. Athiyah al-Abrosyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1970), hlm. 10