- LAGU
Laskar
Pelangi
Oleh:
Nidji
Mimpi
adalah kunci
untuk
kita menaklukkan dunia
berlarilah
tanpa lelah
sampai
engkau meraihnya
laskar pelangi
takkan
terikat waktu
bebaskan
mimpimu diangkasa
warnai
bintang di jiwa
menarilah dan terus tertawa
walau dunia tak seindah surga
cinta kita di dunia
selamanya...
cinta kepada hidup
memberikan senyuman
abadi
walau hidup kadang tak
adil
tapi cinta lengkapi kita
laskar pelangi
takkan terikat waktu
jangan berhenti mewarnai
jutaan mimpi di bumi
menarilah
dan terus tertawa
walau dunia tak seindah
surga
bersyukurlah pada Yang
Kuasa
cinta kita di dunia
menarilah dan terus tertawa
walau dunia tak seindah surga
bersyukurlah pada Yang Kuasa
cinta kita di dunia, selamanya...selamanya...
- CERITA/PERISTIWA
Sebuah cerita di desa Gantong, Belitong
yang mengisahkan tentang kalangan pinggiran yang gigih berjuang demi menggapai
cita-cita. Ibu Muslimah dan Pak Harfan mengabdi tanpa pamrih pada dunia
pendidikan, beliau berjuang untuk tetap mempertahankan SD Muhammadiyah Gantong,
dan dengan penuh semangat mengajar anak-anak yang begitu luar biasa. Beliau
berdua bahu-membahu mengajar disekolah yang begitu sederhana meskipun jumlah
muridnya hanya 10 orang, yang dinamakan dengan “laskar pelangi”. Kesepuluh anak
yang luar biasa dengan bakat dan kecerdasannya masing-masing berjuang untuk
terus sekolah dan menunjukkan semangat belajar yang tinggi. Begitu banyak hal
menakjubkan yang terjadi dalam masa kecil para anggota laskar pelangi. Sepuluh anak
yang luar biasa ini tak menyerah walau keadaan tak bersimpati dengan mereka.
Lintang, seorang kuli kopra yang genius, dengan senang hati bersepeda 80
kilometer pulang pergi demi memuaskan dahaganya akan ilmu. Demikian pula dengan
Mahar, seorang pesuruh tukang parut kelapa sekaligus seniman dadakan yang
kreatif dan imajinatif, namun berhasil mengharumkan nama sekolah mereka dalam
karnaval 17 Agustus. Dan juga anggota laskar pelangi lainnya yang begitu
bersemangat dalam menjalani hidup dan berjuang meraih cita-cita. Mereka semua
gigih berjuang dengan penuh semangat, ketekunan dan keinginan yang kuat, serta
terus maju menghadapi tantangan demi menggapai cita-cita.
- RENUNGAN/IMAJINASI
Lagu “Laskar Pelangi” yang dinyanyikan
oleh Nidji merupakan soundtrack film Laskar pelangi yang diangkat dari
Novel karangan Andrea Hirata yang mengisahkan tentang perjuangan orang
pinggiran yang gigih berjuang demi meraih cita-cita. Mereka terus berlari tanpa
lelah demi mewujudkan mimpi-mimpi mereka. Walaupun keadaan tak bersahabat,
mereka tetap bersemangat untuk mewujudkan mimpi-mimpi mereka. Kemiskinan dan
segala keterbatasan yang ada tidak menghalangi langkah mereka untuk bersekolah
demi meraih mimpi dan cita-cita yang mereka impikan. Walaupun mereka hidup
dalam kemiskinan, namun mereka harus berani bermimpi dan mewujudkan mimpi
mereka dengan gigih dan penuh semangat. Karena mimpi adalah kunci untuk menaklukkan
dunia.
Walaupun dunia mereka tak seindah surga,
namun mereka tetap bersyukur dan hidup dengan penuh keoptimisan. Segala
kekurangan yang ada dalam kehidupan mereka tidak menjadi sebuah alasan untuk
bermalas-malasan, melainkan segala kekurangan yang mereka miliki dijadikan
sebagai pacuan yang membakar semangat mereka untuk berjuang mendapatkan
pendidikan demi meraih segala angan dan cita-cita mereka.
Dalam mengarungi kehidupan, begitu
banyak sikap hidup positif yang mereka miliki, seperti jujur, hidup dengan
penuh kesederhanaan, gigih dalam berjuang meraih mimpi-mimpi mereka, tulus,
penuh dedikasi, ulet, sabar, tekun, selalu tawakkal pada Allah, takwa, dan
masih banyak lagi segudang sikap positif yang tertanam kuat dalam diri mereka.
Kegigihan dan kesabaran para guru mampu
mengobarkan semangat dalam diri mereka hingga tertanam kuat, meski mereka
berada dalam kemiskinan. Semangat yang mereka miliki mampu mereka gunakan dalam
menghadapi tantangan, seperti jarak sekolah yang jauh dengan rumah mereka,
fasilitas sekolah yang sangat minim, dan lain-lain.
Dengan
mimpi serta cita-cita yang mereka impikan mampu membawa mereka menuju kehidupan
yang lebih baik. Mereka hidup dengan penuh keceriaan dan berlimpah kebahagiaan.
- REFLEKSI (KRITIK)
Dengan mengintip kisah cerita di atas,
kita dapat mengambil pelajaran bagaimana jika kita berada pada posisi mereka
yang notabene kehidupannya begitu sengsara, penuh dengan segala keterbatasan
dan kekurangan. Apakah kita mampu melewati hari-hari yang seperti itu? Kita
patut bersyukur dan harus lebih menghargai hidup ini, serta berusaha lebih giat
dalam menghadapi terpaan dan cobaan hidup. Mereka dengan segala keterbatasan
saja mampu memperjuangkan cita-cita dan impian mereka, apalagi kita yang sudah
berada dalam posisi serba berkecukupan, seharusnya memiliki semangat juang,
cita-cita dan impian yang jauh lebih tinggi.
Kita harus memiliki pandangan dan sikap
hidup yang positif, seperti halnya anak-anak laskar pelangi yang hidup dalam
kemiskinan, namun mereka memiliki sejuta kebahagiaan dihati mereka. Jadikan
segala kekurangan yang kita miliki menjadi suatu kelebihan, jangan terlalu
banyak mengeluh dan menyesali nasib yang mungkin kurang baik. Yakinlah bahwa
Allah SWT senantiasa memberi
yang terbaik untuk umat-Nya.
Anak-anak laskar pelangi yang penuh dengan kekurangan, namun mereka hidup
dengan penuh kesyukuran. Kita yang hidup di zaman modern seperti ini seharusnya
lebih bersyukur, karena kita hidup serba berkecukupan.
- PENDALAMAN MATERI
Pandangan hidup adalah bagaimana manusia
memandang kehidupan atau bagaimana manusia memiliki konsepsi tentang kehidupan.[1]
Pandangan hidup terdiri dari cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup. Ketiga hal
tersebut tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan manusia. Dalam kehidupannya,
manusia tidak bisa melepaskan diri dari cita-cita, kebajikan dan sikap hidup.
1. Cita-Cita
Cita-cita adalah perasaan hati yang
merupakan suatu keinginan yang ada dalam hati. Cita-cita juga seringkali
diartikan sebagai angan-angan, keinginan, kemauan, niat, atau harapan. Dengan
adanya cita-cita menandakan kedinamikaan manusia.[2]
Sejak dalam kandungan, orang tua telah
tua telah mencita-citakan agar anaknya kelak menjadi ini atau itu, sesuai
dengan keinginan orang tuanya. Keinginan orang tua atas anaknya bergantung pada
pendidikan, pengalaman, dan lingkungan orang tua. Namun tidak ada orang tua
yang berkeinginan agar anaknya menjadi orang yang tidak baik.
Kadang-kadang cita-cita diartikan
sebagai angan-angan, hal ini terjadi pada nak yang masih bersekolah di TK atau
SD atau bahkan belum sekolah. Apabila anak tersebut ditanya orang tua, “Ingin
jadi polisi!” atau “Ingin jadi penerbang!” hal ini karena polisi adalah sosok
yang gagah dimatanya, dan penerbang kelihatan hebat saat pesawat melintas
diudara. Setelah anak beranjak besar, bertambah pengetahuan, dan pengalaman,
maka berubahlah angan-angan anak itu atau mungkin juga tetap. Ada cita-cita
yang berarti harapan, keinginan, dan cita-cita yang berarti tujuan.
Ada juga tiga kategori keadaan hati
seseorang, yaitu keras, lunak, dan lemah. Orang yang berhati keras, tak
berhenti berusaha sebelum cita-citanya tercapai. Orang yang berhati keras
biasanya mencapai hasil yang gemilang dan sukses. Orang yang berhati lunak
dalam mencapai cita-ccita menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi, namun
ia tetap berusaha mencapai cita-cita itu. Karena itu, meskipun lambat, ia akan
berhasil mencapai cita-citanya. Orang yang berhati lemah, mudah terpengaruh
oleh situasi dan kondisi. Bila ia menghadapi kesulitan, maka cepat-cepat ia ia
berganti haluan, berganti keinginan.[3]
2. Kebajikan
Kebajikan dapat diartikan kebaikan,
sesuatu yang mendatangkan kebaikan, keselamatan, keuntungan, kemakmuran dan
kebahagiaan.[4] Kebajikan
atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakikatnya sama dengan
perbuatan moral, yakni perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama atau
etika. Manusia berbuat baik, karena menurut kodratnya manusia itu baik dan
makhluk bermoral. Dan atas dorongan hatinya, manusia cenderung berbuat baik.
Untuk dapat melihat apa itu kebajikan, harus dilihat dari tiga segi, yaitu
manusia sebagai pribadi, manusia sebagai anggota masyarakat dan manusia sebagai
makhluk Tuhan.
Manusia sebagai pribadi dapat menentukan
baik dan buruk. Yang menentukan baik dan buruk adalah suara hati, yaitu semacam
bisikan dalam hati untuk menimbang perbuatan baik dan buruk. Jadi, suara hati
dapat menjadi hakim terhadap diri sendiri. Suara hati sebenarnya memilih yang
baik, namun manusia sering kali mengabaikannya.
Demikian pula dalam suara hati
masyarakat, yang menentukan baik dan buruk adalah masyarakat. Sebagai anggota
masyarakat, seseorang tidak dapat membebaskan diri dari kemasyarakatan.
Sebagai makhluk Tuhan, manusia juga
harus mendengarkan suara Tuhan. Suara Tuhan selalu membisikkan agar manusia
melakukan perbuatan yang baik dan meninggalkan perbuatan yang buruk. Sehingga
untuk mengukur perbuatan baik dan buruk, kita harus mendengarkan suara Tuhan
yang berbentuk hukum Tuhan dan hukum agama.
Jadi, kebajikan merupakan perbuatan yang
selaras dengan suara hati kita, suara hati masyarakat dan hukum Tuhan.
Kebajikan berarti berkata sopan, santun, berbahasa baik, bertingkah laku baik, ramah
tamah terhadap siapapun dan berpakaian sopan.[5]
3. Sikap
hidup
Sikap hidup adalah keadaan hati dalam
menghadapi hidup ini. Sikap hidup bisa positif atau negatif, bisa optimis atau pesimis,
dan bahkan bisa jadi apatis.[6]
Setiap manusia mempunyai sikap hidup yang berbeda-beda. Sikap hidup dapat
berubah menurut situasi, kondisi, dan lingkungan. Dalam menghadapi kehidupan,
ada yang bersikap etis ada juga yang bersikap non etis. Sikap etis disebut juga
sikap positi. Beberapa contoh sikap etis yaitu lincah, luwes/supel, sabar,
tabah dan lain-lain. Beberapa contoh sikap non etis yaitu sikap kaku, gugup,
kasar, takut, angkuh dan rendah diri. Sikap-sikap non etis harus dijauhkan dari
pribadi karena sangat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Sikap manusia merupakan hasil dari
proses sosialisasi penyesuaian diri seseorang terhadap objek yang bersangkutan
dan dipengaruhi oleh lingkungan sosial.
- KESIMPULAN
Pandangan hidup merupakan
pedoman yang digunakan oleh seseorang dalam mengarungi hidupnya demi mencapai
tujuan hidup yang positif. Pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang dalam
mengarungi kehidupan mencakup cita-cita, kebajikan, sikap hidup. Cita-cita merupakan
perasaan hati yang merupakan suatu keinginan yang ada dalam hati. Sementara
kebajikan merupakan kebaikan, sesuatu yang mendatangkan kebaikan, keselamatan,
keuntungan, kemakmuran dan kebahagiaan. Kemudian sikap hidup merupakan keadaan
hati dalam menghadapi hidup ini. Sikap hidup bisa positif atau negatif, bisa
optimis atau pesimis, dan bahkan bisa juga apatis.
DAFTAR PUSTAKA
Mustofa, Ahmad. 1997. Ilmu
Budaya Dasar . Bandung : Pustaka Setia
Notowidagdo, Rohiman. 1997. Ilmu
Budaya Dasar Berdasarkan Al Qur’an dan Hadits. Jakarta : Raja Grafindo
Persada
Sujarwa. 2010. Ilmu sosial dan Budaya
Dasar: Manusia dan Fenomena Sosial Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Widagdho, Djoko. Ilmu Budaya
Dasar. Jakarta: Bina Aksara
[1] Ahmad Mustofa, Ilmu Budaya Dasar (Bandung : Pustaka Setia,
1997), hal. 113
[2] Djoko Widagdho, Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta: Bina Aksara,
1988), hal. 127
[3] Ibid., hal. 128
[4] Rohiman Notowidagdo, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al Qur’an dan
Hadits, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997), hal 154
[5] Ibid., hal. 118
[6] Sujarwa, Ilmu sosial dan
Budaya Dasar: Manusia dan Fenomena Sosial Budaya, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010), hal. 143